Jumat 26 Feb 2021 02:19 WIB

India dan Pakistan Sepakati Gencatan Senjata di Kashmir

Kedua belah pihak sepakat untuk mematuhi secara ketat semua perjanjian.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Andri Saubani
 Seorang tentara paramiliter India berjaga di luar pos paramiliter selama pemogokan untuk menandai peringatan kematian pemimpin separatis Maqbool Bhat di Srinagar, Kashmir yang dikendalikan India, Kamis (11/2).
Foto: AP / Dar Yasin
Seorang tentara paramiliter India berjaga di luar pos paramiliter selama pemogokan untuk menandai peringatan kematian pemimpin separatis Maqbool Bhat di Srinagar, Kashmir yang dikendalikan India, Kamis (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Militer Pakistan dan India telah sepakat untuk menerapkan gencatan senjata di perbatasan de facto di wilayah sengketa Kashmir. Menurut pernyataan militer Pakistan, direktur jenderal operasi militer (DGMO) militer kedua negara mengadakan diskusi melalui saluran sambungan antara kantor pada Kamis (25/2) pagi.

"Kedua belah pihak sepakat untuk mematuhi secara ketat semua perjanjian, pemahaman dan penghentian penembakan di sepanjang [Garis Kontrol] dan semua sektor lainnya, yang berlaku mulai tengah malam [pada Jumat]," kata pernyataan militer Pakistan dikutip dari Aljazirah.

Baca Juga

Pernyataan itu mengatakan, pembicaraan diadakan dalam suasana terbuka, jujur , dan ramah antara tentara kedua negara bersenjata nuklir itu. Upaya ini kelanjutan dari gencatan senjata telah diberlakukan di Garis Kontrol (LoC), yang membagi Kashmir yang dikelola India dan Pakistan sejak 2003. Namun, kedua pihak sering melanggar sehingga mengakibatkan korban sipil dan militer.

Sejak 1 Januari, Pakistan mengatakan, pasukan India telah melanggar gencatan senjata setidaknya 175 kali, melukai delapan warga sipil. Pada 2020, menurut Kementerian Dalam Negeri India, Pakistan melanggar gencatan senjata di sepanjang LoC setidaknya 5.133 kali, mengakibatkan 22 warga sipil dan 24 tentara tewas, serta 197 luka-luka.

Atas pengumuman gencatan senjata terbaru ini, mantan menteri utama wilayah Kashmir yang dikelola India, Mehbooba Mufti, menyambut baik. "Kedua negara juga harus memulai dialog politik dan rekonsiliasi untuk membawa perdamaian di Kashmir," ujarnya.

Tapi, pengumuman ini ditanggapi secara skeptis oleh warga di wilayah Himalaya. Sarjana penelitian berusia 29 tahun di kota utama Srinagar, Jibran Ahmad, mengatakan kedua negara harus mengambil langkah-langkah untuk membawa perdamaian sebenarnya.

"Kami juga telah melihat pernyataan lelucon ini sebelumnya. Intinya kedua negara tidak peduli dengan kehidupan rakyat biasa di Kashmir. Mereka mengambil satu langkah hanya jika itu cocok untuk mereka, tetapi kami belum melihat perdamaian yang nyata sejauh ini," ujar Ahmad.

India dan Pakistan telah berperang dalam tiga perang skala penuh dan beberapa konflik kecil sejak mereka memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1947. Dua dari tiga perang itu terjadi di wilayah Kashmir, yang keduanya mengklaim secara penuh tetapi mengelola bagian-bagian yang terpisah.

Hubungan terhenti sejak Februari 2019, ketika India menuduh kelompok bersenjata yang berbasis di Pakistan melakukan serangan yang menewaskan lebih dari 30 personel keamanan India di kota Pulwama, Kashmir yang dikelola India. India melakukan serangan udara di tanah Pakistan beberapa hari kemudian, menghasilkan serangan balasan oleh Pakistan dan pertempuran udara yang menyebabkan setidaknya satu jet tempur India ditembak jatuh oleh Pakistan.

Permusuhan mereda setelah Pakistan mengembalikan pilot pesawat itu, tetapi hubungan kedua negara tetap dingin. India menuduh Pakistan mendukung kelompok bersenjata yang menargetkan pasukan keamanan India di Kashmir dan di tempat lain, sementara Pakistan telah membuat tuduhan yang sama terhadap dinas intelijen India terkait serangan oleh kelompok bersenjata di tanah Pakistan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement