REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Boeing memproyeksikan pesawat berbadan lebar masih berpeluang di Asia Tenggara. Vice President of Commercial Marketing Boeing Darren Hulst mengatakan, Boeing memperkirakan adanya permintaan pesawat berbdan besar hingga 760 unit di Asia Tenggara.
“Permintaan ini akan terjadi hingga tahun 2039, memungkinkan peremajaan yang lebih efisien dan pertumbuhan jaringan yang lebih fleksibel bagi para maskapai Asia Tenggara,” kata Hulst dalam konferensi video, Kamis (25/2).
Sementara itu, Hulst menuturkan, untuk pasar penerbangan jarak jauh diperkirakan akan memakan waktu lebih lama setelah terdampak pandemi Covid-19. Hulst mengatakan, armada pesawat lorong ganda Asia Tenggara diproyeksikan tumbuh sebesar 55 persen hingga 780 pesawat berbadan lebar hingga 2039.
Dia menuturkan, jasa penerbangan komersial di kawasan Asia Tenggara tetap menjanjikan dalam jangka panjang. “Jasa komersial Asia Tenggara diperkirakan mencapai 790 miliar dolar AD dalam 20 tahun ke depan,” tutur Hulst
Hulst menambahkan, proyeksi tersebut sedikit meningkat dari perkiraan tahun lalu yang didorong terutama dari pertumbuhan konversi pesawat kargo dan solusi digital dan analitik. Kawasan Asia Tenggata diperkirakan akan memerlukan 183 rbu pilot pesawat komersial, anggota awak kabin, dan teknisi penerbangan sepanjang periode proyeksi.
Secara global, Boeing memproyeksikan kebutuhan persawat terbang komersial baru sebesar 43.110 dan permintaan terhadap layanan purna jual senilai 9 triliun dolar AD dalam dua dekade mendatang.
Selain itu, penerbangan kargo dunia diproyeksikan tumbuh sebesar 4 peraen setiap tahunnya berkat ekspektasi produksi industri dan pergadangan dunia yang kokoh.
“Pesawat kargo akan tetap menjadi tulang punggung industri kargo dengan kebutuhan 930 pesawat terbang baru dan 1.500 pesawat kargo yang dikonversi pada kurun waktu yang sama,” jelas Hulst.