Purnatugas
Red: Fernan Rahadi
ilustrasi pensiunan. | Foto: istimewa
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Hadi Saputra (Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta)
Pembaca yang kreatif, Kamis (25/2) kemarin saya menyaksikan pelepasan beberapa orang teman kantor yang purnatugas. Terlihat sebagian hadirin menunjukkan ekspresi sedih karena tidak menduga kalau senior yang menjadi rekan kerja selama ini telah purnatugas. Apalagi purnatugas ini terjadi di tengah situasi Covid-19 yang pastinya tidak mudah.
Mereka terharu melihat senior, yang selama ini menjadi penyemangat dan selalu memberikan dukungan bagi pegawai yang lebih muda itu purnatugas. Selama ini kita aktif bekerja sama serta bersikap totalitas untuk memperoleh hasil yang maksimal. Namun kembali lagi, semua ternyata ada masanya.
Saya menyadari bahwa suatu saat kita yang bekerja juga akan mendapatkan situasi yang sama. Hanya menunggu waktu saja. Semua tentu ada prosesnya.
Percayalah, selama Anda bekerja dengan hati senang dan pikiran terbuka maka Anda akan mendapat kebahagiaan. Anda akan merasa syukur karena pernah memberikan pembelajaran kepada pegawai lain bagaimana membangun komitmen dalam bekerja.
Pembaca yang kreatif, mengapa sebagian orang begitu khawatir dengan masa purnatugas yang akan dilaluinya? Apakah dikarenakan merasa sudah tidak ada lagi jaminan penghasilan? Apa merasa aktualisasinya semakin menurun karena tidak ada lagi wadah berekspresi?
Teman saya pernah menawarkan program pembekalan atau pelatihan persiapan masa pensiun pada satu instansi. Pimpinannya menyampaikan permintaan dengan jelas dan menekankan agar para narasumber meminta kepada para pegawai untuk fokus menikmati masa purnatugas serta aktif dalam urusan sosial kemasyarakatan dan kegiatan keagamaan.
Karena bagi sang pimpinan tersebut, terdapat persoalan ketika para pensiunan mencoba berbisnis dengan memanfaatkan dana pensiun. Bukannya mendapatkan keuntungan dari bisnisnya itu, malah banyak yang tertipu atau ditipu oleh mitra bisnisnya.
Namun, di sisi lain tentu banyak pimpinan yang membekali pegawainya untuk pandai mengelola keuangan serta bisa memilih bisnis yang sudah dilakukan selama ini dengan kemampuan dan hobinya. Selalu ada saja cerita menarik keberhasilan aktivitas setelah purnatugas. Satu kutipan menarik, "If one person can do something, anyone can learn to do it."
Pembaca yang kreatif, kedua situasi itu punya alasan dan pandangan masing-masing. Satu kalimat jelas mengatakan, "Everyone lives in their own unique model of the world".
Ketika seseorang fokus menikmati masa pensiunnya seperti mengikuti majelis, menjadi pengurus takmir masjid, bermasyarakat, dan lebih dekat dengan keluarga, maka banyak waktu yang bisa dimanfaatkan dan berbagi inspirasi dalam keluarga besar. Ketika seorang pegawai yang purnatugas sebelumnya pernah merintis bisnis maka sangat mudah baginya untuk menyesuaikan dengan situasi yang ada.
Ketika dalam bekerja kita banyak menabung emosional kepada orang lain, maka ketika kita purnatugas akan terlihat banyak orang yang datang dan mendoakan kebaikan kepada kita. Usia bisa pensiun, ketemuan (silaturahmi) jalan terus.
Pembaca yang kreatif, bagi Anda yang masa purnatugasnya masih lama, bolehlah Anda mulai menyiapkan diri dan memahamkan diri sendiri bahwa ini adalah proses yang akan dilalui. Cintailah pekerjaan anda. Menabunglah sebanyaknya emosional kepada orang lain. Bantulah mereka, pedulilah kepada mereka. Karena kepedulian dan bantuan itu akan kembali lagi kepada Anda suatu saat nanti. Sehat dan sukses selalu.