Jumat 26 Feb 2021 21:34 WIB

Harga Telur Ayam Ras Mulai Membaik di Banyumas

Peternak telur ayam Banyumas mengaku bersyukur harga telur di angka Rp 15 ribu

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja menyortir dan membersihkan telur ayam di salah satu tempat penampungan telur. Peternak ayam petelur di Kabupaten Banyumas, mulai merasa lega. Hal ini menyusul mulai membaiknya harga telur ayam ras.
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Pekerja menyortir dan membersihkan telur ayam di salah satu tempat penampungan telur. Peternak ayam petelur di Kabupaten Banyumas, mulai merasa lega. Hal ini menyusul mulai membaiknya harga telur ayam ras.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Peternak ayam petelur di Kabupaten Banyumas, mulai merasa lega. Hal ini menyusul mulai membaiknya harga telur ayam ras. 

"Ya, sudah mulai lumayan tidak terlalu berat. Meski harga jual telur di tingkat peternak masih belum mencapai titik impas, namun sudah tidak terlalu berat," jelas Pengelola peternakan ayam di Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Darwo Sukarso, Jumat (26/2).

Dia menyebutkan, harga telur ayam ras di tingkat peternak saat ini berada di tingkat harga Rp 15.500 per kg. "Harga di tingkat peternak memang cukup jauh, dibanding harga pasar yang saat ini mencapai Rp 24 ribu hingga Rp 25 ribu per kg. Hal ini karena untuk distribusi, juga membutuhkan biaya," katanya.

Menurutnya, agar harga jual telur bisa menutupi kebutuhan ongkos biaya pemeliharaan ayam, mestinya harga produksinya, mestinya harga telur tidak sampai di bawah  Rp 18.000 per kg. "Tapi harga Rp 15.500 per kg ini sudah lumayan. Mudah-mudahan, ke depan harga akan terus membaik, sehingga bisa menutup kerugian peternak saat harga telur benar-benar anjlok," katanya.

Menurutnya, salah satu faktor yang menyebabkan harga telur mulai membaik, antara lain karena kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat yang mulai diperlonggar. Antara lain, izin yang diberikan pemerintah bagi warga yang hendak melaksanakan hajatan.

"Hal ini sangat berpengaruh pada harga telur. Saat pemerintah melarang warga menyelenggarakan hajatan, permintaan telur benar-benar anjlok sehingga harga juga ikut anjlok," jelasnya.

Untuk itu, dia berharap, ke depan tidak ada lagi pembatasan aktivitas masyarakat dalam bentuk pelarangan kegiatan hajatan. "Saya kira pengaruhnya tidak hanya pada peternak ayam petelur saja. Tapi juga pada sektor lainnya," katanya. 

Dia juga menyebutkan, faktor yang menahan melonjaknya harga telur pada harga normal, antara lain karena terjadinya bencana banjir di sejumlah daerah. Menurutnya, banjir yang terjadi di Jakarta, Semarang dan kota-kota lain di Pantura Jawa, menyebabkan proses pengiriman terganggu.

Namun dia menyebutkan, kondisi ini akan segera membaik, begitu bencana banjir mereka. "Beda dengan pembatasan aktivitas masyarakat, dampaknya benar-benar lama dan sangat berpengaruh pada kami," jelasnya.

Manajer CV Putra Jaya Farm yang bergerak dalam bidang peternakan unggas, Suryati mengaku, kondisi harga telur yang anjlok sejak pertengahan tahun lalu, benar-benar sangat memukul kelancaran bisnis perusahaannya. "Sejak akhir tahun lalu, lami terpaksa merumahkan beberapa pekerja di peternakan ayam," katanya.

Dia mengaku terpaksa melakukan hal itu, untuk mengurangi biaya yang harus dikeluarkan dalam menjalan usahanya. "Harga telur ayam ras yang sampai menyentuh Rp 11.000 per kg, benar-benar sangat memukul usaha. Agar perusahaan tidak sampai tutup atau gulung tikar, kami terpaksa melakukan upaya penghematan. Antara lain, dengan pengurangan jumlah pekerja," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement