REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Formula 1 (F1) mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 877 juta dolar, sekira Rp 12,58 triliun, pada tahun lalu akibat dampak dari pandemi Covid-19. Penurunan ini sangat signifikan, yakni sekitar 43 persen dari tahun sebelumnya, demikian lapor pemegang hak komersial Liberty Media pada Jumat (26/2).
Pendapatan mereka mencapai 1,145 miliar dolar AS pada 2020, turun hampir separuh dibandingkan 2,022 miliar dolar AS pada tahun sebelumnya. Penyebabnya, musim 2020 menyajikan 17 balapan yang sebagian digelar tanpa penonton dengan sejumlah seri berkelas seperti Grand Prix Monako dan Singapura dibatalkan.
F1 menjalani 21 balapan pada 2019 dan tahun lalu seharusnya mereka memiliki rekor 22 Grand Prix jika saja tidak terganjal krisis kesehatan global. Sementara 2021 dijadwalkan ada 23 balapan.
Olahraga balap paling bergengsi itu melaporkan kerugian operasional tahunan mereka mencapai 386 juta dolar AS, dibandingkan keuntungan sebelumnya yang mencapai 17 juta dolar AS. Ini setelah hadiah sebesar 711 juta dolar AS dibagi ke sepuluh tim kompetitor, yang mendapat 301 juta dolar lebih sedikit ketimbang tahun sebelumnya.
Pendapatan utama F1 berasal dari biaya promosi balapan, hak siar, iklan dan sponsor. "Karena jumlah balapan yang berkurang, durasi musim dan hampir tanpa kehadiran fan, tidak mengejutkan pendapatan utama menurun," kata CEO F1 Stefano Domenicali.
Domenicali mengatakan pendahulunya Chase Carey telah meninggalkan fondasi yang kuat untuk masa depan pertumbuhan olahraga itu dan F1 berada dalam posisi yang baik dengan para mitra komersial mereka. Domenicali mengatakan semua promotor balapan telah memberi lampu hijau untuk jadwal tahun ini, setelah F1 menunjukkan bahwa mereka mampu menggelar balapan dengan aman pada 2020 selama pandemi. Musim kompetisi F1 akan dimulai di Bahrain pada 28 Maret nanti.