REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pemerintah Arab Saudi membantah laporan intelijen Amerika Serikat (AS) yang menyebut Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) mendalangi aksi pembunuhan jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi. Riyadh pun menyesalkan terbitnya laporan tersebut.
"Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sepenuhnya menolak penilaian negatif, salah, dan tidak dapat diterima dalam laporan yang berkaitan dengan kepemimpinan Kerajaan, dan mencatat bahwa laporan tersebut berisi informasi serta kesimpulan yang tidak akurat," kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan dikutip laman Al Arabiya, Sabtu (27/2).
Saudi menegaskan bahwa mereka mengecam pembunuhan Khashoggi. Riyadh menyebut itu adalah kejahatan keji dan pelanggaran mencolok terhadap hukum serta nilai Kerajaan. "Kejahatan ini dilakukan oleh sekelompok individu yang telah melanggar semua peraturan dan otoritas terkait dari lembaga tempat mereka bekerja," kata Kementerian Luar Negeri Saudi.
Saudi menekankan kemitraannya dengan AS adalah kemitraan yang kuat dan langgeng. Hal itu sudah terjalin selama hampir delapan dekade atas dasar saling menghormati. Lembaga kedua negara tekun memperdalam hubungan tersebut di semua aspek.
"Kami berharap dapat mempertahankan fondasi abadi yang telah membentuk kerangka kerja kemitraan strategis yang tangguh antara Kerajaan dan AS," kata Kementerian Luar Negeri Saudi.
Kantor Direktur Intelijen AS telah menerbitkan laporan empat halaman tentang pembunuhan Khashoggi pada Jumat (26/2). Dalam laporannya, mereka menyimpulkan Pangeran MBS ikut bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. "Kami menilai bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman menyetujui operasi di Istanbul, Turki untuk menangkap atau membunuh jurnalis Saudi Jamal Khashoggi," katanya.