Sabtu 27 Feb 2021 22:50 WIB

Kelaparan Anak-anak Yaman, Ironi Dunia Abad Modern  

Jutaan anak-anak Yaman terancam bahaya kelaparan

Red: Nashih Nashrullah
Jutaan anak-anak Yaman terancam bahaya kelaparan. Anak Yaman Kelaparan
Foto: Republika
Jutaan anak-anak Yaman terancam bahaya kelaparan. Anak Yaman Kelaparan

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA— Mata Ahmadiya Juaidi terbelalak saat meneguk minuman nutrisi dari cangkir besar warna jingga, jari-jarinya yang kurus memegang pegangannya. Rambutnya ditarik ke belakang dan di sekitar lehernya tergantung kalung perak dengan leontin berbentuk hati dan huruf A.

Tiga pekan lalu, bocah perempuan 13 tahun itu beratnya hanya sembilan kilogram ketika dia dirawat di rumah sakit al-Sabeen di ibu kota Yaman, Sanaa karena kekurangan gizi yang membuatnya sakit setidaknya selama empat tahun terakhir. Sekarang beratnya 15 kilogram.

Baca Juga

"Saya khawatir ketika kami kembali ke pedesaan, kondisinya akan memburuk lagi karena kekurangan makanan bergizi. Kami tidak memiliki penghasilan," kata kakak laki-lakinya, Muhammad Abdo Taher Shami, kepada Reuters.

Mereka termasuk di antara sekitar 16 juta warga Yaman, lebih dari setengah populasi negara Jazirah Arab, yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa akan kelaparan. Dari jumlah tersebut, lima juta berada di ambang kelaparan, Kepala Bantuan PBB, Mark Lowcock memperingatkan.

Pada Senin, PBB berharap mengumpulkan sekitar 3,85 miliar dolar (Rp54,4 triliun) pada acara janji virtual untuk menghindari apa yang menurut Lowcock akan menjadi kelaparan "buatan manusia" berskala besar, yang terburuk yang pernah terjadi di dunia selama beberapa dekade.

Lebih dari enam tahun perang di Yaman, secara luas dipandang sebagai konflik proksi antara Arab Saudi dan Iran, telah mengirim negara miskin itu ke dalam apa yang oleh PBB digambarkan sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia.

Sekitar 80 persen orang Yaman membutuhkan bantuan, dengan 400 ribu anak di bawah usia lima tahun kekurangan gizi parah, menurut data PBB. Untuk sebagian besar makanannya, negara ini bergantung pada impor yang telah sangat terganggu selama bertahun-tahun oleh semua pihak yang bertikai.

"Sebelum perang, Yaman adalah negara miskin dengan masalah malnutrisi, tetapi itu adalah salah satu negara yang memiliki perekonomian yang berfungsi, pemerintah yang memberikan layanan kepada cukup banyak rakyatnya, infrastruktur nasional dan basis ekspor," kata Lowcock kepada wartawan. 

"Perang telah menghancurkan semua itu. Di dunia modern, kelaparan pada dasarnya adalah tentang orang yang tidak memiliki pendapatan dan kemudian orang lain menghalangi upaya untuk membantu mereka. Itu pada dasarnya yang kami dapatkan di Yaman," tambahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement