REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) menggelar acara puncak Hari Lahir ke-98 Nahdlatul Ulama (NU) versi tahun Hijriyah pada Sabtu (27/2) malam. Tema yang diangkat pada Harlah NU tahun ini adalah "Khidmah NU: Menyebarkan Aswaja dan Meneguhkan Komitmen Kebangsaan".
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof KH Said Aqil Siroj mengatakan, pada saat KH Hasyim Asy’ari mendirikan NU bersama para kiai lainnya tantangannya masih ringan atau kecil. Namun, usia NU kini sudah hampir genap 100 tahun dengan hitungan hijriyah sehingga tantangannya jauh lebih besar lagi.
“Sekarang tantangan yang kita hadapi jauh lebih besar, lebih berat, lebih menantang, lebih tajam, lebih radikal, baik dalam negeri maupun luar negeri, baik yang bersifat agama, sosial, kemasyarakatan maupun politik,” ujar Kiai Said saat berpidato dalam acara Harlah NU ke-98 yang digelar secara virtual melalui Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu (27/2).
Karena itu, Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah ini mengajak seluruh warga nahdliyin untuk merapatkan barisan, baik yang aktif di Muslimat NU, Fatayat NU, maupun badan otonom NU lainnya.
“Semuanya harus satu barisan, satu kata. Jauhilah dari perpecahan, jauhkan dari perpelisihan, beda pendapat boleh, tapi beda pendapatan itu yang berat, dimulai dari beda pendapatan nanti akan ada permusuhan,” ucap Kiai Said.
Agar NU lebih beperan lagi, menurut Kiai Said, maka warga NU pun harus mengacu kepada ajaran di dalam Alquran. Karena, menurut dia, Alquran telah memberikan bimbingan bagaimana cara berorganisasi yang benar, bernegara yang benar, dan bahkan berpartai yang benar.