REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Said Hamid Hasan mengatakan, masalah utama dalam kurikulum pendidikan Indonesia adalah terkait implementasi di lapangan. Masih banyak perbedaan persepsi antara guru dan kurikulum yang dibuat, khususnya Kurikulum 2013.
Sebagai Ketua Tim Pengembang Kurikulum 2013, ia menilai guru tidak menerima apa yang seharusnya terkait dengan kurikulum. Apa yang direncanakan dan yang dilatih ternyata terjadi ketidaksinkronan yang menyebabkan guru menjadi korban.
"Apa yang dirancang dan apa yang dilatih, dan akhirnya guru menjadi korban. Karena guru tidak menerima apa yang seharusnya dan akhirnya guru tidak mungkin melaksanakan yang seharusnya," kata Said, dalam webinar dipantau di Jakarta, Ahad (28/2).
Sementara itu, Wasekjen Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Dudung Abdul Qodir mendorong agar seluruh pihak mengkaji dan ikut mengawal proses perubahan kurikulum. Ia menilai, selama ini pelatihan yang diterima guru memang tidak sesuai dengan kebutuhan.
"Dulu saya melihat di Kurikulum 2013, sudah hampir semua guru menerima pelatihan. Tapi yang menyampaikan bukan yang mendesain, sehingga ada miss terkait dengan kurikulum 2013," kata Dudung.
Ia berpendapat, kurikulum harus diubah dengan pola pikir memperkaya dan memuliakan para guru. Proses penyederhanaan dan perubahan kurikulum juga harus dibicarakan kepada publik dan pemangku kepentingan pendidikan agar semuanya bisa saling memberikan masukan.