Senin 01 Mar 2021 07:49 WIB

Pesan Ketum Muhammadiyah di Harlah NU

Ketum Muhammadiyah ucapkan selamat Harlah NU.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Hafil
Pesan Ketum Muhammadiyah di Harlah NU. Foto:  Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Foto: Republika/ Wihdan
Pesan Ketum Muhammadiyah di Harlah NU. Foto: Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengucapkan selamat atas Harlah Nahdlatul Ulama (NU) yang ke-98 versi Hijriyah pada 16 Rajab 1442 yang jatuh pada 28 Februari 2021. Dia berharap NU semakin memantapkan gerakannya dalam mewujudkan wasathiyah Islam yang autentik.

"NU bersama Muhammadiyah dapat mengayomi umat Islam dan warga bangsa secara keseluruhan untuk mempersatukan dan memajukan Indonesia," kata Haedar kepada Republika.co.id, Ahad (28/2).

Baca Juga

Haedar menuturkan, NU dengan spirit Islam Nusantara dapat semakin mencerdaskan umat Islam dan masyarakat akar-rumput yang menjadi penduduk mayoritas di negeri ini. NU sebagai dua sayap Islam terbesar bersama Muhammadiyah dan golongan lainnya terus proaktif dalam membangun Indonesia di tengah kemajemukan.

"Sekaligus menjaga arah bangsa dan negara agar tetap dalam koridor Pancasila dan UUD 1945 sebagaimana dicita-citakan para pejuang dan pendiri Indonesia," ucapnya.

NU, menurut Haedar, juga dapat memainkan peran kritik yang konstruktif dalam mengawal Negara Indonesia. Hal ini menjadi wujud dari Hubbul Wathan Minal Iman layaknya kekuatan civil society yang besar di negeri tercinta.

Harlah ke-98 NU yang bertema "Menyebarkan Aswaja dan Meneguhkan Komitmen Kebangsaan" ini dimulai dengan pembacaan qasidah dan maulid Nabi Muhammad. Kemudian kegiatan pembacaan Yasin dan tahlil untuk Muassis NU dan Doa untuk Keselamatan Bangsa.

Sebelumnya, tepat pada 31 Januari 2021 lalu, NU berusia 95 tahun dalam hitungan tahun Masehi. Sedangkan pada 16 Rajab 1442, NU mencapai umur 98 tahun. Selama hampir satu abad tersebut, sejak awal kelahirannya hingga saat ini, NU telah berhasil memberikan sumbangsih terhadap kehidupan beragama yang ramah di tengah kemajemukan bangsa Indonesia.

Setiap tahun, Harlah NU diperingati Nahdliyin sebanyak dua kali, 31 Januari dan 16 Rajab. Namun, peringatan hari lahir resmi yang diatur dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) NU yaitu harlah dalam hitungan tahun Hijriyah, yakni 16 Rajab. Tetapi, NU juga tidak melarang warganya untuk memperingati harlah versi Masehi, yaitu 31 Januari.

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement