REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, luas panen padi mencapai 10,66 juta hektare. Capaian tersebut turun tipis 0,19 persen dari luas panen 2019 yang sebesar 10,68 juta hektare. Meski terdapat penurunan luas panen, BPS mencatat adanya kenaikan produksi beras.
"Total luas panen hampir sama dengan posisi 2019. Ada penurunan sangat tipis sekali," kata Kepala BPS, Suhariyanto, dalam konferensi pers virtual, Senin (1/3).
Suhariyanto menjelaskan, penurunan itu disebabkan oleh curah hujan tinggi yang terjadi pada awal musim tanam 2020 lalu. Tren data BPS menunjukkan, luas panen pada Januari-Maret 2020 jauh lebih rendah dari luas panen yang diperoleh pada tahun 2019.
Meski luas panen turun tipis, ia memaparkan, produksi gabah dan beras justru mampu mengalami kenaikan. Hal itu mencerminkan adanya kenaikan produktivitas padi sehingga penurunan luas panen terkompensasi.
BPS mencatat, produksi gabah kering giling (GKG) sepanjang 2020 sebesar 54,65 juta ton. Terdapat kenaikan tipis, 0,08 persen dari produksi GKG 2019 sebanyak 54,6 juta ton.
"Ini karena ada kenaikan produktivitas di beberapa provinsi seperti Jawa Timur, Lampung, dan Aceh. Ini yang menyebabkan harga beras 2020 terjaga stabil dan tidak memberi andil inflasi," kata Suhariyanto.
Produksi gabah 2020 di Jawa Timur naik 3,8 persen, Lampung naik 22,47 persen, serta Aceh naik 2,5 persen.
Dengan adanya kenaikan GKG, maka turut berpengaruh pada produksi beras. Mengutip data BPS, produksi beras pada tahun yang sama mencapai 31,33 juta ton, naik 0,07 persen dari posisi 2019 sebesar 31,31 juta ton.
Suhariyanto mengatakan, kenaikan produksi gabah dan beras juga turut dipengaruhi oleh curah hujan akhir 2020 yang memudahkan proses penanaman. "Curah hujan juga berdampak positif sehingga berpotensi meningkatkan luas panen pada Januari-April 2021," kata dia.
Melihat data kinerja perberasan nasional, Suhariyanto menilai sektor perberasan dalam negeri sangat menggembirakan. Pasalnya, pasokan mengalami kenaikan meski terdapat penurunan luas panen. Hal itu pun berdampak pada harga beras yang terjaga sepanjang tahun.
Kendati demikian, masih terdapat catatan dari BPS. Meski produksi mengalami kenaikan, bukan berarti setiap daerah serentak turut mengalami kenaikan produksi. Ia mencatat, terdapat 18 provinsi yang justru mengalami penurunan produksi padi.
Penurunan tertingi terjadi di Riau yakni mencapai 25,92 persen. Selanjutnya diikuti Papua yang turun 29,46 persen, serta Kalimantan Selatan turun 14,34 persen.