Senin 01 Mar 2021 15:24 WIB

Klaster Covid Ponpes di Kabupaten Tasikmalaya Bertambah

Tercatat ada lima orang santri dari salah satu ponpes di Tasikmalaya positif Covid-19

Rep: Bayu Adji P / Red: Bayu Hermawan
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kasus Covid-19 di lingkungan pesantren di Kabupaten Tasikmalaya kembali bertambah. Berdasarkan data terbaru, ada lima orang santri dari salah satu pondok pesantren di Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya, yang terkonfirmasi positif Covid-19.

"Sementara di sana lima orang yang positif," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya, Atang Sumardi, Senin (1/3).

Baca Juga

Menurutnya, lima orang itu sebagian menjalani isolasi di lingkungan pesantren. Sementara sebagian lainnya ada yang dibawa pulang oleh keluarganya. 

Atang menambahkan, pihaknya sudah melakukan tes swab kepada 57 orang, yang merupakan kontak erat dari lima santri yang positif. Namun, hasil tes swab dari 57 orang itu masih belum diketahui.

"Kita masih menunggu hasilnya," ucapnya.

Atang mengatakan, lingkungan pesantren itu kini diawasi oleh puskesmas setempat. Kegiatan keluar masuk lingkungan pesantren juga diawasi secara ketat. Menurut dia, masih terdapat risiko penularan Covid-19 di tempat itu, sebab jumlah santri di pesantren tersebut diperkirakan mencapai ribuan.

Atang menjelaskan, pihaknya belum dapat mengetahui secara pasti sumber awal munculnya kasus di pesantren tersebut. Namun diduga, penyebab menyebarnya Covid-19 di pesantren berasal dari pengunjung yang datang atau dari mobilitas santri. 

"Apalagi di pesantren itu berkerumun. 5M itu juga kan sulit dilakukan di pesantren," ujarnya.

Selain di Kecamatan Sukarame, sebanyak 55 santri, pengajar, dan karyawan, di salah satu pesantren yang berlokasi di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, masih menjalani isolasi. Tak ada laporan penambahan kasus dari pesantren tersebut. 

Kepala Puskesmas Tinewati, Kecamatan Singaparna, Dais Nuronia mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan penambahan dati klaster pesantren di wilayahnya. "Belum ada laporan lagi dan belum ada yang berobat lagi. Jumlahnya masih sama," kata dia saat dihubungi Republika.co.id

Kendati demikian, petugas Puskesmas Tinewati terus melakukan pemantauan ke pesantren tersebut. Para santri yang sehat masih diperbolehkan beraktivitas dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes). Sementara para santri yang positif dipisahkan dan diisolasi di lingkungan pesantren tersebut.

"Kemarin ada delapan orang yang berobat ke puskesmas karena ada gejala anosmia (kehilangan indra penciuman), tapi sudah dikasih obat dan kembali isolasi di pesantren. Sekarang sudah membaik kondisinya," katanya.

Menurut Dais, dalam beberapa hari ke depan para santri, pengajar, dan karyawan pesantren itu akan selesai menjalani isolasi. Apabila tak memiliki gejala, mereka akan dinyatakan sembuh tanpa harus menjalani tes swab ulang. Tes swab ulang disebut hanya diperuntukkan bagi pasien bergejala.

Ia menyebutkan, secara keseluruhan terdapat sekira 500 santri di pondok pesantren itu. Namun, belum seluruh penghuni menjalani tes swab. 

Menurutnya, tes swab hanya dilakukan kepada kontak erat dengan yang bergejala. "Sementara lainnya kan tidak kontak. Jadi tidak perlu semua dites," kata Dais.

Berdasarkan catatan Republika.co.id, penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren wilayah Kabupaten Tasikmalaya bukan yang kali pertama terjadi. Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya mencatat, hingga saat ini sudah ada lebih dari 10 pesantren di Kabupaten Tasikmalaya yang menjadi klaster penyebaran Covid-19. 

Kendati demikian, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya dinilai tak memiliki wewenang untuk membatasi kegaiatan di pesantren. Sebab, kegiatan di pesantren sepenuhnya menjadi wewenang Kementerian Agama (Kemenag).

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement