Warga Semarang Diimbau Waspadai Wabah DBD

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi

Petugas melakukan fogging atau pengasapan sebagai langkah pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang sering muncul di musim hujan (ilustrasi).
Petugas melakukan fogging atau pengasapan sebagai langkah pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang sering muncul di musim hujan (ilustrasi). | Foto: ANTARA/Ahmad Subaidi

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Di tengah imbauan pemerintah untuk tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19, masyarakat Kabupaten Semarang juga diingatkan untuk mewaspadai wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Balajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti tersebut rentan berkembang pada masa puncak musim penghujan menuju musim pancaroba.

Oleh karena itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Semarang meminta masyarakat mewaspadai penularan penyakit DBD selama  cuaca masih cenderung hujan. "Cuaca ekstrem dengan tingkat curah hujan yang masih cukup tinggi rentan menimbulkan banyak genangan air, sehingga berpotensi menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti," ungkap Kepala Dinkes Kabupaten Semarang, Ani Rahardjo di Ungaran, Kabupaten Semarang, Senin (1/3).

Menurut Ani, meskipun kasus DBD di Kabupaten Semarang sampai dengan hari ini belum menunjukkan peningkatan, masyarakat tetap diminta waspada dengan tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu juga tetap menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar tempat tinggal masing- masing, sebagai bagian dari langkah-langkah pencegahan terhadap wabah penyakit DBD.

"Yang paling utama tetap menjaga kebersihan, membiasakan hidup bersih, meminimalisir genangan yang ada di sekitar rumah serta jangan lupa menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)," lanjutnya.

Hal ini diamini oleh Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Semarang, Hasti Wulandari. Menurutnya, gerakan PSN dapat dilakukan minimal seminggu sekali. Yakni dengan menguras bak mandi atau menutup beberapa tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk serta melancarkan saluran air yang mampat dan menimbulkan terjadinya genangan.

Dalam membasmi sarang nyamuk, lanjutnya, masyarakat diharapkan tidak mengupayakan dan mengandalkan cara fogging (pengasapan). Sebab cara tersebut justru rawan menyebabkan gangguan pernafasan.

Selain itu, upaya pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa saja dan tidak efektif untuk membasmi telur nyamuk. "Sehingga, telur nyamuk sewaktu-waktu masih dapat menetas dan pada akhirnya menjadi nyamuk yang bisa menggigit manusia," ujarnya.

Ia juga menyampaikan, untuk kasus DBD di Kabupaten Semarang pada periode januari hingga Desember 2020 mencapai sebanyak 167 kasus. "Meski begitu, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan agar penyakit DBD tidak menyerang dan menjadi wabah," kata Hasti.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


8 Rumah di Perumahan Kota Semarang Roboh Akibat Longsor

Jawa Tengah Perlu Relawan Bencana di Lingkup RT

Gubernur: BBWS agar Normalisasi Kali Babon

Lantik 17 Kepala Daerah, Gubernur Sampaikan Pesan Khusus

Bupati Baru Prioritaskan Penanganan Dampak Pandemi

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark