Senin 01 Mar 2021 19:41 WIB

Hubungan AS-Saudi akan Berubah, Namun Bukan 'Perpecahan'

Laporan intelijen menyebutkan, Pangeran MBS menyetujui operasi pembunuhan Khashoggi.

Red: Andri Saubani
Anggota Amnesty International telah memasang papan tanda jalan di  Curzon Street di luar Kedutaan Arab Saudi di London. Pada Jumat (26/2), intelijen AS menerbitkan laporan soal pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi yang menyebutkan operasi pembunuhan diketahui dan disetujui oleh Pangeran Mohamed Bin Salman. (ilustrasi)
Foto: Republika/Fergi Nadira
Anggota Amnesty International telah memasang papan tanda jalan di Curzon Street di luar Kedutaan Arab Saudi di London. Pada Jumat (26/2), intelijen AS menerbitkan laporan soal pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi yang menyebutkan operasi pembunuhan diketahui dan disetujui oleh Pangeran Mohamed Bin Salman. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Kamran Dikrama, Lintar Satria

Hubungan diplomatik antara Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi kemungkinan akan berubah menyusul diterbitkannya laporan intelijen AS pada Jumat (26/2) yang menyatakan bahwa penguasa de facto Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), menyetujui operasi untuk menangkap sekaligus membunuh jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018. Khashoggi diketahui dibunuh di kantor Kedutaan Besar Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Baca Juga

"Kami menilai Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman menyetujui operasi di Istanbul, Turki, untuk menangkap atau membunuh jurnalis Saudi Jamal Khashoggi," kata Kantor Direktur Intelijen Nasional AS dalam laporan empat halaman, seperti dilansir laman Kantor Berita Reuters, Sabtu (27/2).

Badan intelijen AS mendasarkan penilaiannya pada kendali putra mahkota atas pengambilan keputusan, keterlibatan langsung salah satu penasihat utamanya dan detail perlindungannya sendiri, serta dukungannya menggunakan tindakan kekerasan untuk membungkam para pembangkang di luar negeri, termasuk Khashoggi.