REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia dikabarkan mengidentifikasi seorang polisi sebagai tersangka atas kebocoran data penerbangan terkait peracunan kritikus Kremlin Alexei Navalny. Surat kabar Kommersant melaporkan, data penerbangan itu dapat mengungkap pelaku peracunan Navalny.
Penyelidik mencurigai seorang mayor polisi di St Petersburg telah mengakses database resmi dan menjual data penumpang udara dalam sebuah penerbangan dari kota Tomsk, Siberia ke Moskow pada Agustus 2019. Navalny berada dalam pesawat itu, ketika dia diduga diracun oleh agen saraf mematikan.
Navalny pingsan dalam penerbangan akibat keracunan yang hampir merenggut nyawanya di Siberia. Kritikus terkemuka itu dilarikan ke Jerman untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut, hingga pulih.
Polisi yang tidak disebutkan namanya dalam artikel Kommersant diduga telah melakukan penyalahgunaan kekuasaan. Dia terancam hukuman penjara hingga sepuluh tahun. Namun dalam artikel itu tidak disebutkan apakah polisi tersebut telah ditangkap.
Mengutip catatan penerbangan dan data lainnya, situs web investigasi Bellingcat dan The Insider mengatakan, pada Desember mereka telah mengidentifikasi seseorang dari intelijen Rusia, FSB sebagai orang yang meracuni Navalny.
Investigasi kriminal terhadap polisi St Petersburg setidaknya adalah kasus kedua yang dilaporkan oleh media Rusia.
Pada Januari, harian bisnis RBC melaporkan bahwa, seorang petugas polisi di kota Samara telah dikenakan tahanan rumah. Dia dituduh telah membocorkan informasi rahasia yang dapat membantu mengidentifikasi tersangka peracun Navalny.
Navalny menuduh Presiden Vladimir Putin memerintahkan pembunuhan terhadap dirinya. Namun Kremlin berulang kali menolak tuduhan bahwa pihak berwenang Rusia mencoba melakukan pembunuhan terhadap Navalny.