REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Energi Nasional (DEN) menyambut baik rencana pemerintah yang akan membentuk holding panas bumi. Meski begitu, DEN mewanti wanti pemerintah agar pembentukan holding ini harus bisa menguntungkan negara.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha menilai dengan potensi panas bumi yang besar di Indonesia, ini semestinya menjadi keuntungan bagi negara. Meski ia tak menampik untuk mengembangkan panas bumi di Indonesia butuh investasi yang tidak sedikit.
"Kami berharap harus ada satu keuntungan untuk bangsa, apalagi ini holding BUMN, pasti yang dimaksud ini efisiensi, ada market share yang tumbuh. Kami berharap ini membawa hal positif untuk pengembangan panas bumi," kata Satya dalam diskusi virtual, Senin (1/3).
Ia merinci potensi panas bumi di Indonesia yang sangat besar, yakni mencapai 23,9 ribu gigawatt (GW) atau 40 persen dari potensi dunia, tentunya harus dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan bangsa, terutama sebagai sumber energi listrik.
Ia mengatakan dari potensi tersebut, pengembangan panas bumi yang termanfaatkan hingga akhir 2020 baru mencapai 2.130,7 megawatt (MW). Capaian tersebut berada di bawah angka yang ditargetkan di tahun lalu sebesar 3.109,5 MW dan tentu masih sangat jauh dari target yang ditetapkan hingga 2025 yang sebesar 7.239 MW.
Sayangnya, dalam pembahasan holding panas bumi, Satya mengaku pemerintah belum melibatkan DEN dalam pembahasannya. Pihaknya menunggu paparan dari pemerintah terkait dampak positif dan negatif pembentukan holding tersebut, serta manajemen holding dengan adanya rencana melepas saham ke pasar (IPO), termasuk apakah holding ini mampu menekan biaya produksi listrik panas bumi menjadi lebih kompetitif.