REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih menyelesaikan pembangunan pembangkit listrik mulut tambang. Targetnya, PLTU mulut tambang terbesar di Indonesia ini akan beroperasi pada kuartal pertama tahun depan.
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin menjelaskan PLTU Sumsel 8 ini merupakan PLTU mulut tambang terbesar di Indonesia. Hingga Januari kemarin progress pembangunan mencapai 70 persen.
"Sampai Januari kemarin kami sudah merampungkan sekitar 70 persen. Kami optimistis ini bisa commisioning pada kuartal pertama tahun depan," ujar Arviyan dalam HUT PTBA ke 40, Selasa (2/3).
Ia menjelaskan PLTU ini punya kapasitas 1.200 MW. Nantinya PLTU ini bisa memasok kebutuhan listrik di Sumatera dan Jawa. Arviyan mengatakan, PLTU mulut tambang ini merupakan langkah hilirisasi dari batu bara.
"Bukit asam tidak bisa jadi perusahaan pertambangan saja tetapi harus transformasi. Kalau kita tidak transformasi maka kita akan selesai. Beyond coal bukan jargon, tapi semua proyek hilirisasi buat menggenjot nilai tambah batu bara," ujar Arviyan.
Direktur Keuangan Bukit Asam Mega Satria mengatakan memang mestinya PLTU Sumsel 8 ini bisa beroperasi pada akhir tahun ini. Hanya saja, dampak pandemi Covid-19 membuat pergerakan barang dan orang menjadi terbatas. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan pergeseran commisioning.
"Memang ada sedikit penyesuaian waktu namun kami optimistis ini akan selesai 100 persen pada kuartal I 2022," ujar Satria.
Emiten tambang pelat merah ini juga meyakini pembangunan proyek akan tetap berlangsung meskipun ada perubahan anggaran dalam belanja modal atau capital expenditure (capex). Mega Satria menuturkan perusahaan telah mengalokasikan anggaran khusus untuk proyek tersebut.
"Capex yang dicanangkan Bukit Asam berkisar Rp 2,5 triliun. Sebagian besar untuk investasi di PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, yakni penyetoran modal sesuai dengan progress PLTU," ungkap Satria.