REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri platform media sosial Gab mengatakan bahwa akun pribadi mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diretas. Akun Trump termasuk di antara ribuan data yang dicuri. Data itu dirilis secara publik oleh peretas yang baru-baru ini membobol situs tersebut.
Aplikasi Gab adalah platform serupa Twitter. Perbedaannya, Gab mengizinkan penggunanya melontarkan pesan-pesan kebencian tanpa khawatir akun mereka ditangguhkan.
Dalam sebuah pernyataan pada Ahad (28/2), pendiri Gab Andrew Toba menggunakan cercaan transphobic untuk merujuk pada salah satu pendiri Distributed Denial of Secrets (DdoSecrets) Emma Best. Pernyataan itu mengkonfirmasi klaim kelompok bergaya WikiLeaks yang dibuat pada Senin (1/3) bahwa mereka memperoleh 70GB kata sandi, kiriman pribadi dan lebih banyak lagi dari Gab, serta membuatnya tersedia untuk peneliti dan jurnalis terpilih.
Best mengatakan data disediakan oleh pertas tak dikenal yang melanggar Gab dengan mengeksploitasi kerentanan injeksi SQL dalam kodenya.
“Akun saya dan akun Trump telah disusupi, tentu saja karena Trump akan naik ke panggung dan berbicara,” tulis Torba pada Ahad (28/2) ketika Trump akan berbicara di konferensi CPAC di Florida, dilansir dari Ars Technica, Selasa (2/3).
“Seluruh perusahaan sedang menyelidiki apa yang terjadi dan bekerja untuk melacak dan menambal masalah”.
Kumpulan Data Penting
GabLeaks, begitu DdoSecrets menyebut kebocoran itu, terjadi hampir delapan pekan setelah pemberontak pro-Trump menyerbu Capitol AS. Para perusuh mengambil ratusan ribu video dan foto pengepungan dan mempostingnya secara daring. Situs media sosial arus utama menghapus banyak konten karena melanggar persyaratan layanan mereka.
Personel DdoSecrets menulis dalam sebuah unggahan pada Senin pagi (1/3), bahwa data Gab adalah kumpulan data yang penting, tetapi rumit.
“Selain menjadi korpus wacana publik tentang Gab, itu juga mencakup setiap pos pribadi dan banyak pesan pribadi. Dalam waktu yang lebih sederhana atau lebih biasa, ini akan menjadi sumber daya sosiologis yang penting. Pada 2021, ini juga merupakan catatan budaya dan pernyataan yang tepat seputar tidak hanya peningkatan pandangan dan tindakan ekstrimis, tetapi juga percobaan kudeta,” tulis personel DdoSecrets.
DdoSecrets mengatakan 70GB GabLeaks berisi lebih dari 70.000 pesan teks biasa di lebih dari 19 ribu obrolan oleh lebih dari 15 ribu pengguna. Timbunan juga menunjukkan sandi yang “di-hash”, proses kriptografi yang mengubah teks biasa menjadi karakter yang tidak dapat dipahami.
Meskipun hash tidak dapat diubah kembali menjadi teks biasa, memecahkannya dapat menjadi hal yang sepele saat situs web memilih skema hashing yang lemah. Kebocoran ini juga mencakup kata sandi teks biasa untuk grup pengguna.