REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA--Salah satu faktor kesuksesan mobil listrik di suatu negara adalah adanya fasilitas pengisian ulang baterai. Sejumlah negara pun menyambut kehadirkan electric vehicel (EV) lewat penyediaan charging station secara masif.
Dilansir dari Electrive pada Senin (1/3), salah satu negara yang berkomitmen untuk mendukung kehadiran EV adalah Singapura. Hal itu diwujudkan lewat penambahan fasilitas charging station di negara tersebut.
Singapura sendiri menargetkan akan ada 60 ribu fasilitas baru yang akan didirikan hingga tahun 2030. Dengan semakin banyaknya persebaran fasilitas itu, maka pengguna EV di Singapura pun akan kian dimudahkan.
Untuk menunjag hal itu, Singapura juga telah menyiapkan anggaran khusus yang dialokasikan untuk lima tahun kedepan. Anggaran khusus yang dialokasikan untuk mendukung EV itu sendiri berjumlah sekitar 30 juta dolar AS.
Selain digunakan untuk pembangunan fasilitas umum, anggaran itu juga digunakna untuk pemberian insentif bagi pengguna EV. Dengan begitu, maka masyarakat akan makin tertarik untuk menggunakan EV.
Lewat sejumlah langkah strategis ini, tak heran jika negera itu pun merasa yakin untuk mampu menerapkan kebijakan pelarangan penjualan kendaraan dengan mesin konvensional pada 2040.
Oleh karena itu, Singapura dianggap jadi salah satu negara yang sangat agresif dalam menyambut EV. Hal ini kemudian berhasil menarik investasi dari Hyundai yang tergoda untuk membangun pabrik EV di Singapura.
Diproyeksikan, pabrik baru itu akan jadi fasilitas untuk memproduksi Hyundai Ioniq 3. Rencananya, fasilitas produksi itu akan mulai beroperasi pada 2022. Pabrik terbaru itu sendiri ditargetkan dapat mencapai kapasitas produksi hingga 30 ribu unit per tahun.
Dari seluruh produk yang dihasilkan, 6 ribu unit diantaranya akan digunakan untuk mengisi pasokan pasar Singapura. Sisanya, output pabrik itu akan didistribusikan pada sejumlah negara di sekitar Singapura.