REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, keputusan untuk menetapkan libur panjang pada saat pandemi Covid-19 tak bijak dilakukan. Sebab, libur panjang di tengah pandemi yang masih belum berakhir justru menyebabkan pada peningkatan angka kematian.
“Data menunjukkan, keputusan kolektif untuk tetap berlibur panjang saat pandemi adalah keputusan yang tidak bijak. Karena, secara langsung berdampak pada jumlah orang yang meninggal,” ujar Wiku saat konferensi pers, Selasa (2/3).
Berdasarkan data satgas, jumlah kasus meninggal di setiap momentum libur panjang selalu meningkat tajam. Pada bulan-bulan tanpa libur panjang, satgas mencatat jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19 yakni sebanyak 50 sampai 900 orang.
Sementara, pada bulan-bulan dengan libur panjang, jumlah orang yang meninggal meningkat tajam menjadi 1.000 hingga 2.000 orang. “Bayangkan, dalam satu bulan kita bisa kehilangan lebih dari 1.000 nyawa hanya karena memilih untuk melakukan perjalanan dan berlibur,” kata dia.
Karena itu, pada awal tahun ini, ia meminta pemerintah dan juga masyarakat untuk belajar dari pengalaman penanganan pandemi tahun sebelumnya. Dengan demikian, keputusan yang diambil menjadi lebih bijaksana dan tidak membahayakan nyawa sendiri maupun orang lain.
Satgas mencatat, selama periode Maret 2020 hingga Januari 2021, kasus positif mengalami tren peningkatan dan kemudian menurun pada Februari 2021. Meskipun mengalami tren peningkatan, jumlah peningkatannya pun bervariasi setiap bulannya.
Pada empat bulan pertama, perkembangan Covid-19 cenderung mengalami peningkatan tajam hingga mencapai 70-90 persen. Dalam periode ini, pemerintah pun menerapkan kebijakan PSBB. Kemudian pada Juli-Agustus 2020, kasus Covid-19 mengalami penurunan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
“Namun sayangnya, pada September mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 42,3 persen atau 45.895 kasus yang dikontribusikan dari libur panjang pada tanggal 15-17 dan 20-23 Agustus 2020,” kata dia menjelaskan.
Selanjutnya pada September-November, penambahan kasus tercatat cenderung melandai meskipun tetap meningkat jumlahnya. Namun, peningkatan tajam kembali terjadi pada Desember 2020 dan Januari 2021 seiring ditetapkannya libur panjang Natal dan tahun baru 2021. Kenaikan sejak November hingga Januari pun sebesar 190.191 atau meningkat lebih dari 100 persen dari Oktober.
“Tentunya, dengan melihat tren kenaikan kasus dengan diiringi event libur panjang, sudah sepatutnya kita senantiasa berkaca dan belajar dari pengalaman selama 10 bulan yang lalu,” kata Wiku.