Rabu 03 Mar 2021 07:05 WIB

Kemenkeu: Permintaan Obligasi AS Picu Penawaran SUN Rendah

Situasi global membuat investor domestik lebih mendominasi lelang SUN

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut rendahnya penawaran masuk pada lelang surat utang negara (SUN) pada Selasa (2/3) disebabkan oleh pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) yang cenderung naik.

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kemenkeu Deni Ridwan mengatakan saat ini kondisi pasar surat berharga negara (SBN) dipengaruhi volatilitas pergerakan yield US Treasury. Adapun situasi ini yang menyebabkan penawaran hanya Rp 49,7 triliun atau lebih rendah dari penawaran lelang pada Selasa (16/2) sebesar Rp 60,84 triliun.

"Jumlah bids tersebut masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan bids yang masuk pada lelang SUN sebelumnya. Hal ini merupakan dampak dari kondisi pasar SBN yang dipengaruhi volatilitas pergerakan UST," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (3/3).

Pada lelang Selasa (2/3), yield US Treasury 10 tahun tercatat sebesar 1,41 persen, atau meningkat dari lelang sebelumnya pada level 1,24 persen, setelah sempat menyentuh level tertinggi sebesar 1,60 persen pada 25 Februari 2021. Menurutnya fokus investor lelang SUN kali ini masih berada dua SUN seri benchmark dengan tenor lima tahun dan 10 tahun yaitu FR0086 dan FR007.