Rabu 03 Mar 2021 09:01 WIB

Sekjen PBB Desak Negara Kaya Hentikan Penggunaan Batu Bara

Pengurangan batu bara untuk membatasi pemanasan iklim hingga 1,5 derajat celcius.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Alat-alat berat dioperasikan di pertambangan batu bara. ilustrasi
Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Alat-alat berat dioperasikan di pertambangan batu bara. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta negara-negara kaya untuk menghentikan penggunaan batu bara pada 2030, sehingga dunia dapat memenuhi tujuannya untuk mengurangi pemanasan global. Permintaan ini disampaikan Guterres sekaligus untuk mendesak negara-negara G7 untuk membuat komitmen saat KTT pada Juni 2021.

Seperti dilansir dari laman Reuters, Rabu (3/2) pesan video ke pertemuan virtual "Powering Past Coal Alliance", Guterres mengatakan janji pemotongan emisi oleh pemerintah diperlukan untuk membatasi pemanasan iklim hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Baca Juga

“Tetapi jika tindakan segera diambil untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil yang paling kotor, paling mencemari, dan semakin mahal dalam pembangkit listrik, maka kita memiliki peluang untuk berhasil,” ucap Guterres.

"Penghapusan bertahap batu bara dari sektor kelistrikan adalah satu-satunya langkah paling penting agar sejalan dengan tujuan 1,5 derajat," kata ketua PBB itu.

Para ilmuwan memperkirakan penggunaan batu bara dalam pembangkit tenaga listrik harus turun 80 persen di bawah level 2010 pada 2030 untuk memenuhi batas pemanasan 1,5C, yang merupakan tujuan yang lebih ambisius yang ditetapkan oleh lebih dari 190 negara dalam Perjanjian Paris 2015.

Guterres mengatakan semua 37 negara di organisasi bekerja sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) - sekelompok negara berpenghasilan tinggi - harus berjanji untuk berhenti menggunakan batu bara pada 2030, dan sisanya harus melakukannya pada 2040.

"Sains memberi tahu kami bahwa ini penting untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris dan melindungi generasi mendatang," ucapnya.

Powering Past Coal Alliance dibentuk oleh Kanada dan Inggris pada 2017 untuk menyatukan pemerintah dan bisnis guna mempercepat penghentian penggunaan tenaga batu bara yang "tak terkendali", tidak ada teknologi untuk menghilangkan emisi karbon.

Sekarang memiliki lebih dari 120 anggota, dengan 10 anggota baru bergabung termasuk Hungaria, Uruguay, kota Kyoto di Jepang, dan jaringan utilitas National Grid of Britain dan Ontario Power Generation of Canada, serta penyedia pensiun.

Aliansi tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kemajuan penghentian penggunaan batu bara telah dipercepat di seluruh negara anggota OECD dan Uni Eropa, dengan lebih dari 55 persen kapasitas pembangkit batu bara yang beroperasi dihentikan sejak 2010 atau dijadwalkan untuk pensiun pada 2030.

 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement