Rabu 03 Mar 2021 13:05 WIB

Muhammadiyah Gagas Peta Jalan Pendidikan

Pendidikan nasional harus senapas dan sejiwa dengan akar historisitas diknas.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Akbar (9)  bersama neneknya Eti (60) mempersiapkan makanan ringan yang akan dijual di kawasan Pondok Bambu, Jakarta, Rabu (23/7). Peringatan Hari Anak Nasional 2020 yang mengusung tema Anak Indonesia Gembira di Rumah itu berbanding terbalik dengan yang harus dijalani Akbar. Akbar yang merupakan anak yatim dan belum mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan itu harus berjualan membantu neneknya untuk menghidupi kelima saudaranya. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Akbar (9) bersama neneknya Eti (60) mempersiapkan makanan ringan yang akan dijual di kawasan Pondok Bambu, Jakarta, Rabu (23/7). Peringatan Hari Anak Nasional 2020 yang mengusung tema Anak Indonesia Gembira di Rumah itu berbanding terbalik dengan yang harus dijalani Akbar. Akbar yang merupakan anak yatim dan belum mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan itu harus berjualan membantu neneknya untuk menghidupi kelima saudaranya. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Arah pendidikan nasional merupakan keharusan agar capaian masa depan pendidikan nasional memiliki pandangan dan pijakan pendidikan. Ketua Dikdasmen PP Muhammadiyah Baedhowi menilai, arah pendidikan harus pula berdisrupsi dan bertransformasi.

Dia menekankan, pendidikan nasional harus memiliki pijakan terhadap falsafah konstitusi yang tercermin dari koridor UUD 1945 dan Pancasila. Tidak kalah penting, kata Baedhowi, pendidikan nasional harus senapas dan sejiwa dengan akar historisitas pendidikan nasional. 

"Karena pendidikan nasional terbalut berbagai jejak historisitas pendidikan nasional jauh sebelum negeri ini memproklamirkan kemerdekaannya. Sehingga, cetak biru pendidikan nasional pada masa depan bukanlah berada di ruang kosong," kata Baedhowi, Rabu (3/3).

Untuk itu, peran serta organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan sangat penting. Apalagi, mereka telah menapaki terlebih dulu bidang pendidikan nasional dan keagamaan, yang telah pula memberikan peran besar berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selain itu, kondisi bangsa yang multikultural, religius, kaya dan kental budaya nilai-nilai kearifan lokal tidak boleh diabaikan. Walau, pijakan disrupsi teknologi digital saat ini masih terus diusahakan agar menjadi pijakan pendidikan masa depan Indonesia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement