REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Riau Kepri menyiapkan sejumlah strategi untuk tetap tumbuh setelah konversi menjadi bank syariah. Direktur Utama Bank Riau Kepri, Andi Buchori mengatakan potensi yang ada di Riau dan Kepulauan Riau sangat besar untuk digarap dengan skema syariah.
"Nanti setelah konversi, kita akan totalitas, karena sejalan dengan kultur masyarakat Riau Kepri yang memang agamis, dimana praktek-praktek syariah sudah mendarah daging jadi kami confident," katanya pada Republika.co.id, Rabu (3/3).
Ia yakin dengan dukungan pemerintah dan masyarakat maka aktivitas bisnis bank syariah akan berjalan baik. Selain itu, dari sisi strategi bisnis Bank Riau Kepri akan menyasar segmen pembiayaan perkebunan.
Andi mengatakan BRK akan memperbesar porsi perkebunan kelapa sawit yang sedang tumbuh signifikan. Selain itu sektor perdagangan, perikanan, dan pengolahan. UMKM juga akan menjadi fokus bank seiring dengan peningkatan mobilitas di Riau Kepri.
"Banyak usaha-usaha kecil, seperti warung makan, usaha rumahan itu juga tumbuh karena Covid-19 sudah mulai melandai jadi ekonomi masyarakat sudah bangkit," katanya.
Geliat ekonomi masyarakat juga perlu didorong untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Dari sisi produk, BRK komitmen pada produk syariah yang ada saat ini dan akan terus meningkatkan layanannya setelah konversi.
Andi mengatakan, bank setelah konversi akan mendorong sejumlah program, salah satunya dari sisi pendanaan. Salah satu kontributor terbesar Dana Pihak Ketiga (DPK) BRK yang tumbuh signifikan pada 2020 adalah tabungan syariah bedelau yang berarti elok atau cantik.
Tabungan yang memberikan sejumlah keuntungan seperti hadiah langsung itu membuat DPK syariah mengalami peningkatan. Tabungan tersebut menarik nasabah individu, tidak hanya Muslim tapi juga non-Muslim.
Andi menambahkan, target pertumbuhan tahun 2021 setelah menjadi bank syariah diharapkan bisa lebih baik dari 2020. Baik dari sisi aset, pembiayaan, juga pendanaan.
"Target pertumbuhan tentu diharapkan lebih baik, seperti bisa mencapai target aset Rp 30 triliun di akhir 2021," katanya.
Hal ini karena konversi menjadi bank syariah telah sesuai dengan harapan masyarakat yang ingin layanan full syariah. Andi mengatakan keputusan pemegang saham untuk mengkonversi BRK adalah aspirasi dari masyarakat yang merindukan kehadiran bank umum syariah.