REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peristiwa penaklukkan Makkah (Fathu Makkah) di mana umat Islam kala itu berhasil menaklukkannya, merupakan penaklukkan yang penuh moral dan kasih sayang.
Bahkan dalam sejarah manusia hampir tidak ditemukan penaklukkan yang sebanding dengan penaklukkan Makkah.
Justru momen tersebut merupakan hari di mana mereka yang tertindas terselamatkan. Ada yang menyebutnya sebagai hari kepedulian, hari kemuliaan Makkah dan hari pemberdayaan.
Saat itu tidak ditemukan seorang Muslim menyerang kehormatan wanita, menjarah, menghancurkan rumah, merusak tanaman, dan membunuh secara tidak adil serta menimbulkan ketakutan pada anak-anak.
Kaum Muslim berpegang teguh pada Alquran dan bergerak di antara sudut-sudut Makkah dengan hikmah serta menyebarkan keadilan dan kebenaran. Karena ini pula, Islam menyebar berkat akhlak mereka.
Bukti tentang kemuliaan akhlak pada hari penaklukkan Makkah itu diketahui dalam sebuah riwayat. Yaitu ketika Bani Bakar dan Quraisy perlawanan terhadap Khuza'ah sebagai sekutu Muslim saat itu. Kedua Bani tersebut melakukan pembunuhan dan melanggar perjanjian.
Kemudian Khuza'ah mengirim utusan bernama Amr bin Salim kepada Nabi Muhammad SAW sehingga Amr pun bergegas melakukan perjalanan pada siang dan malam hingga sampailah di Madinah dan tiba di hadapan Rasulullah SAW. Amr tidak duduk sebelum memberitahu apa yang terjadi. Mendengar itu, Rasulullah SAW bersabda:
نُصِرْتَ يَا عَمْرَو بْنُ سَالِمٍ واستبشر رسول الله – صلى الله عليه وسلم – وتفائل؛ فعَرَضَ لِرَسُولِ اللّهِ - صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ - عَنَانٌ مِنْ السّمَاءِ، فَقَالَ : إنّ هَذِهِ السّحَابَةَ لَتَسْتَهِلّ بِنَصْرِ بَنِي كَعْبٍ "
"Kamu telah berhasil, Wahai Amr bin Salim." Rasulullah pun merasa senang dan optimistis serta berkata lagi, "Awan ini tidak dimulai dengan kemenangan Bani Ka'b."
Kala itu Umat Islam berhasil menaklukkan Makkah. Dan ketika berhasil menaklukkannya, pemimpin Anshar, Saad bin Ubadah, berteriak bahwa hari itu adalah hari pertempuran. Lantas Nabi SAW menegurnya, dan menyebut bahwa hari itu adalah hari di mana Allah SWT memuliakan Ka'bah dan waktunya menyelimutinya.
Ibnu Katsir menjelaskan, usai meraih kemenangan, Rasulullah SAW memerintahkan agar bendera panji Anshar diambil dari Saad bin Ubadah untuk diberikan kepada anaknya yaitu Qais bin Saad.
Hal itu menunjukkan adanya larangan menyampaikan pidato yang tidak pantas di hadapan khalayak. Jika ingin berpidato maka sampaikanlah dengan kata-kata yang baik, dan dengan kata-kata yang terbaik, sehingga menandakan bahwa Islam adalah agama yang berakhlak mulia. Allah SWT membenci perkataan yang tidak pantas.
Sumber: saaid