REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejumlah negara di Timur Tengah saat ini dilanda perang saudara sesama Muslim. Apa sikap kita selain berupaya untuk mendamaikannya?
Seorang Muslim saat menyikapi fitnah di antara sesama Muslim, sepatutnya tidak ikut terlibat ke dalamnya baik melalui kata atau perbuatan. Dia harus memohon perlindungan kepada Allah SWT untuk tetap teguh di dalam agamanya.
Dengan demikian, dia akan terbebas dari pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Hal ini seperti yang dialami salah seorang sahabat Nabi SAW, yaitu Sa'ad bin Abi Waqas saat ada beberapa orang yang ingin dia ikut di dalam perselisihan yang terjadi di antara para sahabat. Lalu Sa'ad berkata:
لا أُقاتِل حتى تأتوني بسيفٍ له عينان و لسان و شفتان ، يعرف المؤمن من الكافر ، إن ضربتُ به مسلماً نبأ عنه ، و إن ضربتُ به كافراً قتله
"Aku tidak akan ikut berperang sampai kau membawakanku pedang yang bermata dua, lidah, dan dua mulut, dengannya dibedakan mana mukmin dan mana kafir, jika pedang itu menargetkan mukmin dia lekas memberitahuku, dan jika pedang itu menyasar kafir, dia lekas menumpasnya." (Diriwayatkan Al-Hakim dalam Mustadrak-nya)
Selain itu, ada lagi contoh yang ditunjukkan para sahabat Nabi Muhammad SAW saat menghadapi sebuah fitnah. Ketika Marwan bin Al-Hakam hendak melakukan perlawanan terhadap Al-Dahhak bin Qais, Marwan pun meminta sahabat dekatnya, Ayman bin Khuraim Al-Asadi, untuk ikut bertarung bersamanya dan berdiri di dekatnya.
Namun Ayman menolak permintaan Marwan. Dia telah berjanji kepada ayah dan pamannya untuk tidak melawan siapapun yang bersaksi tiada Tuhan selain Allah SWT.
إن أبي و عمي شَهِدا بدراً فَعَهِدا إليَّ أن لا أقاتل أحداً يشهد أن لا إله إلا الله ، فإن جئتني ببراءةٍ من النار قاتلتُ معك
"Sesungguhnya, ayah dan ibuku menyaksikan Perang Badar, dan memintaku berjanji untuk tidak membunu siapapun yang bersyahadat tiada tuhan selain Allah. Jika kamu mendatangiku dalam keadaan terbebas dari api neraka, aku akan berperang bersamamu." (Diriwayatkan Abu Ya'la dalam Musnadnya)
Sumber: saaid