REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan saat ini terdapat hampir 10 juta penduduk Indonesia, berstatus pengangguran. Angka ini, mengacu pada data BPS, naik nyaris 3 juta orang dari jumlah pengangguran 2019 sebanyak 7,1 juta orang.
Menurut presiden, lonjakan jumlah pengangguran bersumber pada dua hal. Yakni, imbas pandemi Covid-19 dan bertambahnya angkatan kerja baru.
Merespons kondisi ini, Jokowi menekankan, bahwa pemerintah berupaya maksimal memperluas lapangan kerja. Kuncinya, menurutnya, adalah pembukaan investasi agar tenaga kerja terserap semaksimal mungkin.
Pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi pun, Jokowi menambahkan, sangat bergantung pada kinerja investasi. "Artinya kuncinya ada di investasi. Serta menciptakan peluang kerja yang sebanyak-banyaknya. Ini yang ditunggu-tunggu masyarakat. Karena sudah ada sekarang ini hampir 10 juta pengangguran di negara kita baik karena pandemi dan juga angkatan kerja baru," kata Jokowi dalam pembukaan Rakernas Kemendag, Kamis (4/3).
Pemerintah memang sedang jor-joran menarik investasi. Selain menerbitkan UU Cipta Kerja yang diyakini bisa mempermulus masuknya investasi, pemerintah juga membentuk Lembaga Pengelola Investasi (LPI) bernama Indonesia Investment Authority. Lembaga ini bertugas mengelola aliran investasi asing yang masuk ke Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Jokowi juga menyampaikan sejumlah capaian ekonomi Indonesia sepanjang 2020. Meski didera pandemi dan membuat pertumbuhan ekonomi terkontraksi, Jokowi menyebutkan bahwa kinerja perdagangan mencatatkan perbaikan.
Neraca dagang tahun 2020 tercatat surplus 21,7 miliar dolar AS. Meski catatannya, surplus tahun 2020 lebih disebabkan nilai impor yang jauh lebih dalam.
"Karena yang lalu-lalu selalu kita nggak pernah yang namanya surplus. Tapi, akibat pandemi selama setahun ini kinerja perekonomian kita sangat terganggu. Kita tahu growth di tahun 2020, PE kita jatuh di minus 2,19 (persen)," ujar presiden.
Dengan bertumpu pada investasi dan pertumbuhan konsumsi, Jokowi yakin kinerja ekonomi nasional pada 2021 bisa tembus 5 persen. Angka ini juga tertuang dalam asumsi APBN 2021. "Bukan sesuatu yang mudah. Dari minus 2,19 persen," katanya.