REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan hujan es merupakan fenomena wajar saat pancaroba. Diketahui hujan es sempat melanda sebagian wilayah Yogyakarta dan Kalimanta pada Rabu (3/3) kemarin.
"Tercatat hujan es di Yogyakarta ini hal yang biasa, di mana fenomena terjadi pada saat musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau ataupun dari musim kemarau ke musim hujan," ujar Kasubid Prediksi Cuaca BMKG Muhammad Fadli saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (4/3).
BMKG menerangkan hujan es merupakan presipitasi (fenomena atmosfer) yang terdiri atas bola-bola es. Salah satu proses pembentukan hujan es melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas level beku.
Hujan es terjadi jika terdapat awan Cumulonimbus yang menjulang tinggi. Saat udara hangat, lembab, dan labil terjadi di permukaan bumi maka pengaruh pemanasan bumi yang intensif akibat radiasi matahari akan mengangkat massa udara tersebut ke atas atmosfer dan mengalami pendinginan.
Proses itu bisa sampai terjadi freezing Level yang kemudian membentuk kristal-kristal es dengan ukuran yang cukup besar. Karena adanya gaya potensial kristal es ini jatuh dan bergesekan, bertumbukan dengan materi di bawahnya sehingga mencair dan menjadi tetes hujan.
Ketika ada butiran es yang sampai di bawah menandakan bahwa saat jatuh butiran itu tak mengalami atau sedikit bergesekan dengan materi di bawahnya akibat tersapu angin kencang di atasnya. "Biasanya hujan es ini terjadi siang atau hingga sore dengan durasi singkat lima sampai 15 menit," kata dia.