Kamis 04 Mar 2021 16:31 WIB

Menristek: Nasionalisme Sains tidak Menutup Kerja Sama Asing

Menristek mengatakan hak paten produk yang dihasilkan menjadi milik Indonesia.

Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan, semangat nasionalisme dalam pengembangan sains dan teknologi di tengah pandemi Covid-19 di Indonesia tidak menutup peluang kerja sama dengan negara asing. Contohnya, kerja sama pengembangan bibit vaksin antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Jepang atau Universitas Airlangga dan Inggris.

"Tidak menutup kerja sama dengan pihak luar, vaksin Merah Putih itu yang penting inisiasinya dikembangkan institusi dalam negeri," katanya dalam webinar bertajuk "Pandemi COVID-19 ubah arah sains Indonesia?", Kamis (4/3) siang.

Baca Juga

Paling tidak, menurut Bambang, hak paten produk yang dihasilkan sepenuhnya menjadi milik Indonesia. Bambang mengatakan semangat nasionalisme dalam pengembangan riset dan teknologi kefarmasian tanah air lahir dari keprihatinan pemerintah atas kecenderungan hasil riset yang terhenti pada fase prototipe.

Sebab, talenta anak negeri dalam melahirkan bahan baku obat dan alat kesehatan selama ini belum diiringi permintaan pasar. Akibatnya, tidak menarik perhatian pelaku industri. 

Untuk itu, ia mengatakan, kemunculan 61 produk riset dan inovasi dalam negeri untuk penanggulangan Covid-19 perlu didorong menembus hingga ke pangsa pasar industri farmasi global. "Sejak era 1990an Industri Indonesia kuat, tapi untuk alat kesehatan, 94 persen impor. Kemudian bahan baku obat kita mayoritas impor. Di sisi lain ada potensi luar biasa dari keanekaragaman hayati kita sebagai sumber herbal yang banyak dipakai di luar negeri. Ini kelebihan Indonesia yang belum terjembatani ke industri farmasi," katanya.

Bambang menyarankan agar periset dalam negeri bersinergi dengan para diaspora untuk membangun jaringan secara global. Salah satunya dengan hadir di jurnal ilmiah internasional.

Pangsa pasar terhadap produk kefarmasian Indonesia pun, menurut Bambang, masih terbuka lebar. "Sampai sekarang ada 130 negara di dunia belum punya akses vaksin sedikitpun," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَقَالَ الَّذِى اشْتَرٰىهُ مِنْ مِّصْرَ لِامْرَاَتِهٖٓ اَكْرِمِيْ مَثْوٰىهُ عَسٰىٓ اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا ۗوَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِۖ وَلِنُعَلِّمَهٗ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۗ وَاللّٰهُ غَالِبٌ عَلٰٓى اَمْرِهٖ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
Dan orang dari Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya,” Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan demikianlah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.

(QS. Yusuf ayat 21)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement