Kamis 04 Mar 2021 16:46 WIB

Soal Benci Produk Luar Negeri, Ekonom: Kalau Dibalas Gimana?

Hal terpenting adalah bagaimana pemerintah menyediakan substitusi produk impor.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pengrajin mengukir kulit kerang mutiara di LAMOPS Craftworks, Dusun Tegal, Batu Layar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa (2/3). Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kementerian Perdagangan menyiapkan kebijakan dan strategi untuk mengembangkan pasar produk nasional khususnya UMKM.
Foto: Aprillio Akbar/ANTARA
Pengrajin mengukir kulit kerang mutiara di LAMOPS Craftworks, Dusun Tegal, Batu Layar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa (2/3). Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kementerian Perdagangan menyiapkan kebijakan dan strategi untuk mengembangkan pasar produk nasional khususnya UMKM.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kementerian Perdagangan menyiapkan kebijakan dan strategi untuk mengembangkan pasar produk nasional khususnya UMKM. Ia pun meminta agar jajarannya mendorong masyarakat untuk mencintai dan mendukung produk-produk dalam negeri serta menggaungkan untuk membenci produk-produk luar negeri.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, mengatakan, tujuan ajakan itu sebetulnya baik karena mengajak untuk menggunakan produk dalam negeri. Namun, semestinya ajakan dari seorang presiden bisa lebih diplomatif.

Baca Juga

"Khawatirnya kalau kita gaungkan benci produk luar negeri, lalu dibalas benci produk Indonsia bagaimana? Kita jadi tidak bisa ekspor," kata Heri kepada Republika.co.id, Kamis (4/3).

Ia mengatakan, di banyak negara saat ini memang sudah mulai intens untuk mengajak masyarakatnya mengutaman produk dalam negeri. Namun, dilakukan dengan slogan-slogan yang fokus pada negeri sendiri tanpa menyinggung negara lain.

Heri melanjutkan, yang terpenting adalah bagaimana agar pemerintah bisa memperkuat posisi industri dalam negeri untuk melakukan substitusi produk impor. "Itu kan perlu roadmap, apa yang mau dikurangi impornya harus diimbangi dengan kemampuan industri. Kalau kita langsung kurangi impor nanti kekurangan barang repot juga," ujar dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement