REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan memasang 13 buoy atau alat pendeteksi potensi tsunami sebagai bagian dari sistem peringatan dini tsunami di seluruh perairan Indonesia pada periode 2020-2024. "Pada 2020-2024 akan ada 13 lokasi untuk buoy tsunami," kata Direktur Pusat Teknologi Reduksi Resiko Bencana BPPT Muhammad Ilyas dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi 2021 Bidang Mitigasi Bencana diJakarta, Kamis (4/3).
Ilyas mengatakan, pada 2021, BPPT akan melakukan pemasangan buoy di tujuh lokasi, yakni di Bali, Malang, Cilacap, Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau, Bengkulu dan Pulau Nias. Pada tahun ini, BPPT juga melakukan penggelaran kabel dan operasional sistem Indonesia Cable Base Tsunameter (InaCBT) di Labuan Bajo dan Rokatenda.
Kegiatan lain yang dilakukan pada 2021 adalah Detail Engineering Design (DED) untuk sistem elektronik Cable Base Tsunameter (CBT), desktop study dan studi kelayakan untuk InaCBT di Banda Neira (Maluku), dan peningkatan kerja sama luar negeri advanced CBT Krui-Cilacap. BPPT juga akan melakukan produksi empat set InaBuoy dalam rangka stocking pemeliharaan, dan kegiatan operasional seluruh sistem InaCAT di utara Selat Lombok.
InaBuoy adalah alat buatan Indonesia yang mampu mengirimkan data tekanan air laut dan peringatan potensi tsunami. InaTOC adalah pusat pengamatan data untuk sensor Cable Based Tsunameter dan Buoy tsunami. Data digunakan untuk observasi, peningkatan pemahaman, deteksi dan prediksi tsunami yang lebih akurat.