Kamis 04 Mar 2021 23:19 WIB

Risiko Kematian yang Besar di Balik Makanan Cepat Saji

Survei menyebut makanan cepat saji sumbang angkat kematian besar

Red: Nashih Nashrullah
Masih ada bahaya terbesar dari makanan cepat saji,
Foto: www.freepik.com
Masih ada bahaya terbesar dari makanan cepat saji,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Banyaknya makanan siap saji dan makanan olahan dewasa ini berkontribusi meningkatkan obesitas dan kelebihan berat badan pada masyarakat Indonesia yang berujung pada kematian.

Direktur Gizi Masyarakat Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Dr Dhian Dipo, mengatakan hal itu karena makanan siap saji dan makanan olahan mengandung asupan garam, gula, dan lemak yang lebih tinggi sehingga penimbunan gula, garam dan lemak dapat meningkatkan risiko kejadian kardiovaskuler atau risiko kematian.

Baca Juga

"Persentase konsumsi gula, garam dan lemak semakin naik karena banyaknya makanan siap saji dan makanan olahan yang dimakan," kata Dr  Dhian di acara seminar daring bertajuk "Cerdas Baca Label Kemasan, Hindari Risiko Obesitas" di Jakarta, Kamis (4/3).

Sejumlah faktor yang memengaruhi obesitas yakni faktor lingkungan yang tidak mendukung untuk beraktivitas, pola makan tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik dan faktor budaya.

"Faktor budaya misalnya penampakan gemuk dianggap sebagai kemakmuran. Balita gemuk dianggap lucu. Itu mempengaruhi obesitas ini jadi biasa," kata Dhian.

Pihaknya menggambarkan bahwa saat ini jumlah orang yang mengalami obesitas di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan.

"Sebanyak 25 persen usia 18 tahun ke atas di perkotaan mengalami obesitas. Sedangkan di pedesaan, usia 18 tahun ke atas yang obesitas ada 17,8 persen. Kebanyakan (obesitas) di kota, karena di desa masih ada aktivitas fisik," katanya.

Hal ini disebabkan 95,5 persen masyarakat kurang mengkonsumsi buah dan sayuran. Selain itu satu dari tiga penduduk di Indonesia atau 33,5 persen penduduk tercatat kurang melakukan aktivitas fisik.

Pihaknya mencatat sejak 2007 hingga 2017, pola konsumsi makanan memiliki kontribusi utama terhadap kesakitan dan kematian di Indonesia.

Hampir setengah jumlah penduduk Indonesia konsumsinya kurang dari 70 persen angka kecukupan gizi. 

Selain itu sekitar 1/3 penduduk mengkonsumsi kurang dari 80 persen angka kecukupan protein.

Dhian menuturkan pola konsumsi masyarakat Indonesia masih didominasi serealia/ padi-padian sebesar 50 persen. 

Kedua, protein hewani (12 persen) dan selanjutnya minyak dan lemak (10 persen). Sementara konsumsi sayur dan buah di urutan buncit yang hanya 6 persen.Dominansi serealia pada pola konsumsi masyarakat inilah yang menjadi penyebab obesitas yang berdampak pada risiko kesakitan dan kematian. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement