REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW manusia paling mulia akhlaknya. Tuntunan Nabi mengenai akhlak merupakan ciri khas yang harus ditiru bagi segenap umat manusia, terutama umat Muslim.
Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, diperlukan bagi umat Islam untuk berlaku jujur dan berkata benar dalam bertransaksi maupun berkehidupan sosial.
Kewajiban menghormati ibu dan bapak, keluarga, tetangga dan lainnya. Larangan membunuh dan berzina, serta memakan harta anak yatim. Walhasil, akhlak Nabi ini menuai pendapat yang objektif dari tokoh masyarakat Makkah Aktsam bin Shaifi.
Aktsam berkata: “Inna maa yad’uu ilaihi Muhammadun law lam yakun dinan min indillahi lakaana fii akhlaqi an-naasi hasana,”. Yang artinya: “Sungguh apa yang diajarkan oleh Muhammad, kalau bukan agama, maka itu adalah budi pekerti luhur di kalangan umat manusia,”.
Ajakan demi ajakan Nabi mengenai budi pekerti akhlak pada fase Makkah bahkan menemui penolakan demi penolakan. Mereka kaum musyrikin kerap menuntut bukti-bukti yang bersifat material/indrawi guna meyakinkan mereka mengenai ajaran Islam. Tanpa mereka (kaum kafir) mempedulikan akhlak Nabi yang luhur sebagai sebuah mukjizat.