Jumat 05 Mar 2021 08:26 WIB

Siaga 2, Kemenlu Terus Pantau Keamanan WNI di Myanmar

KBRI telah menyampaikan imbauan agar WNI tetap tenang dan berdiam diri di kediaman.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nidia Zuraya
 Pengunjuk rasa anti-kudeta berlindung di balik perisai darurat selama demonstrasi di Yangon, Myanmar Kamis, 4 Maret 2021. Demonstran di Myanmar yang memprotes kudeta militer bulan lalu kembali ke jalan-jalan pada hari Kamis, tidak gentar dengan pembunuhan sedikitnya 38 orang pada hari sebelumnya oleh pasukan keamanan.
Foto: AP
Pengunjuk rasa anti-kudeta berlindung di balik perisai darurat selama demonstrasi di Yangon, Myanmar Kamis, 4 Maret 2021. Demonstran di Myanmar yang memprotes kudeta militer bulan lalu kembali ke jalan-jalan pada hari Kamis, tidak gentar dengan pembunuhan sedikitnya 38 orang pada hari sebelumnya oleh pasukan keamanan.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Indonesia mengatakan terus memantau keamanan Warga Negara Indonesia (WNI) di Myanmar. Menyusul situasi di negara tersebut dengan adanya protes massa yang merenggut nyawa hingga Jumat (5/3).

"Memperhatikan perkembangan situasi terakhir dan sesuai rencana kontijensi, saat ini KBRI Yangon menetapkan status Siaga II," ujar pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri RI, Jumat (5/3).

Baca Juga

Dalam hal ini, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) telah menyampaikan imbauan agar WNI tetap tenang dan berdiam diri di kediaman masing-masing. WNI juga menghindari bepergian, termasuk ke tempat kerja jika tidak ada keperluan sangat mendesak.

Sedangkan bagi WNI beserta keluarganya yang tidak memiliki keperluan yang essensial, dapat mempertimbangkan untuk kembali ke Indonesia dengan memanfaatkan penerbangan komersial yang saat ini masih tersedia. "Kemenlu dan KBRI Yangon terus memantau perkembangan situasi di Myanmar," ujar Kemenlu. 

Memperhatikan perkembangan yang ada, saat ini dipandang belum mendesak untuk melakukan evakuasi WNI. Pihak Kemenlu juga menyantumkan nomor telepon darurat pada saluran KBRI Yangon: +95 9 503 7055 atau pelindungan WNI Kemlu: +62 812-9007-0027.

Baca juga : China Jadi Negara Pertama dengan Seribu Orang Miliarder

Gejolak massa prodemokrasi penentang kudeta kian berkembang di berbagai kota di Myanmar sejak militer terjadi pada 1 Februari. Aparat kepolisian berpegang teguh menggunakan kekerasan dengan dalih membubarkan demonstran. Sekurangnya 38 orang tewas dalam hari demo paling memilukan Rabu (4/3).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement