REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Antara
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerima informasi adanya dua kasus positif Covid-19 dengan mutasi virus corona dari Inggris atau B117 pada Senin (1/3). Pemerintah mengonfirmasi varian baru Covid-19 ini lebih cepat menular. Pemberian vaksin Covid-19 namun diklaim masih efektif mengatasi varian baru Covid-19.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, virus corona adalah tipe virus RNA (ribonucleic acid) yang secara alami mudah mengalami mutasi. Sementara mutasi memang merupakan kemampuan virus untuk bertahan hidup.
"Hingga saat ini, kami belum mendapatkan bukti ilmiah bahwa virus mutasi Covid-19 ini lebih tinggi tingkat keganasannya dibanding virus Covid-19 yang awal. Namun, dari beberapa penelitian di negara lain menunjukkan varian virus baru ini lebih cepat menular," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (5/3).
Ia menjelaskan, mutasi terjadi pada bagian tanduk atau spike dari virus yang menyebabkan virus lebih mudah masuk ke sel sasaran. Sehingga penularannya akan lebih cepat dibanding varian yang lama. Kecepatan penularan mutasi virus tersebut tidak menyebabkan bertambah parahnya penyakit, namun penelitian terkait varian baru ini terus dilakukan.
Para peneliti yang mendalami virus Corona B117 mengonfirmasi bahwa efektivitas inokulasi terhadap virus masih ada di level yang bisa diterima sehingga sejauh ini belum mengganggu kinerja vaksin. “Vaksin yang sekarang digunakan pemerintah masih efektif untuk mencegah penularan mutasi virus sehingga tidak akan mempengaruhi kekebalan kelompok,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak perlu resah, namun harus tetap waspada. "Meskipun tingkat keganasan varian baru virus Covid-19 ini belum diketahui, namun dengan kemampuan penularan yang lebih tinggi, kami mengimbau masyarakat harus lebih waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan harus lebih diperketat, serta menyukseskan program vaksinasi Covid-19," ujarnya.
Selain itu, menjelang libur panjang akhir pekan ini, pihaknya imbau masyarakat untuk menahan diri dan tidak bepergian dulu mengingat setelah libur panjang, umumnya terjadi peningkatan kasus positif Covid-19 dari kluster keluarga.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Oscar Primadi, saat mengisi konferensi virtual Siaran Radio Kesehatan bertema Refleksi 1 Tahun Pandemi Covid-19 di Indonesia, Jumat (5/3), juga meminta masyarakat waspada dan siaga karena orang yang terinfeksi varian baru Covid-19 ini bisa menularkan dalam jumlah yang besar. Namun, dia mengatakan kecepatan mutasi ini tidak menyebabkan kondisi pasien lebih menjadi berat.
"Kita bisa lebih menguatkan memproteksi diri dengan menerapkan (protokol kesehatan) memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun (3M). Maskernya juga yang pasti bisa melindungi diri kita, kemudian menjauhi kerumunan, menghindari membuat kerumunan, kemudian mencuci tangan memakai sabun di air mengalir," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes, Slamet, mengatakan, temuan mutasi virus ini menunjukkan kemampuan dan kapasitas dari laboratorium Balitbangkes dalam melakukan metode whole genom sequencing (WGS). Ia mengklaim sejumlah langkah telah dilakukan pemerintah, salah satunya memastikan untuk terus memperkuat upaya 3T (Testing, Tracing, dan Treatment) demi mencegah varian baru corona B117 meluas.
“Mutasi virus corona B117 yang terdeteksi pertama di Inggris betul telah terdeteksi di Indonesia, mutasi virus ini lebih menular, orang yang terinfeksi varian ini juga dapat menularkan virus dalam jumlah yang lebih besar,” ujarnya.
Slamet juga menjelaskan kegiatan WGS ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan surveilans genom virus SARS-COV-2 yang telah dilakukan sejak virus ini masuk ke Indonesia. “Data hasil pemeriksaan genom ini diunggah ke repository Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID),” ujarnya.
Slamet menambahkan, karakter dari varian mutasi B117 ini tidak terbukti lebih parah infeksinya. Menurutnya, belum ada hasil penelitian yang mengatakan bahwa varian ini lebih ganas dan menyebabkan sakit yang lebih parah. "Virus ini tetap dapat dideteksi dengan swab antigen dan swab PCR," katanya.