Integrated Farming Berbasis Korporasi Digulirkan di Boyolali
Rep: Binti Sholikah/ Red: Fernan Rahadi
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) | Foto: istimewa
REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berkomitmen memperkuat pengembangan integrated farming berbasis korporasi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah untuk meningkatkan perekonomian di tengah pandemi Covid-19. Sehingga, Boyolali menjadi salah satu penggerak utama sektor pertanian di wilayah Jawa.
Menteri Syahrul meninjau langsung lahan pertanian di Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (5/3).
"Hari ini saya bersama Wakil Bupati Boyolali melakukan upaya upaya optimasi semua lahan yang ada di Kabupaten Boyolali lebih khusus lahan 5.000 hektare yang kita konsentrasi membenahi mulai dari varietas benihnya, pupuk dan tentu obat obatan, serta pengendalian hama yang ada," ujar Menteri Syahrul seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima Republika.
Dia menjelaskan, selain melakukan gerakan pengendalian hama, Kementerian Pertanian (Kementan) juga menggulirkan program padat karya seperti memperbaiki irigasi saluran air maupun gorong-gorong yang ada. Lahan eksisting juga akan dioptimalisasikan sehingga hasilnya lebih baik. Hal itu juga yang tengah dicoba dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali.
Syahrul menambahkan, masyarakat Boyolali diharapkan tidak hanya hidup dari padi, jagung dan kacang-kacangan. Karenanya, Kementan mendorong pengembangan perkebunan kelapa di lahan lahan yang ada.
"Sebanyak 20 ribu kelapa bisa dijadikan skala ekonomi pada saatnya sekitar 2,5 tahun lagi, kita bisa menghasilkan minyak kelapa, menghasilkan sabuk kelapa, briket dari tempurung kelapa, airnya jadi nata de coco yang besok bisa menghasilkan," jelasnya.
Selain itu, Syahrul menyebut, Kementan juga menggulirkan penanaman jeruk. Hal itu akan menjadi peluang komoditas hortikultura. Sehingga mengubah kebiasaan masyarakat yang sebelumnya hanya menanam satu komoditas kini menjadi bervariasi.
"Harapan kami, Kabupaten Boyolali harus menjadi lokomotif hadirnya akselerasi yang berlapis untuk bisa menghadirkan upaya-upaya pertanian besok," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Bupati Boyolali, Wahyu Irawan mengapresiasi pendampingan dari Kementan untuk pertanian di Kabupaten Boyolali. Selain itu, bantuan-bantuan yang digulirkan Kementan kepada petani Boyolali diharapkan menambah semangat para petani.
"Sekitar 30 persen dari masyarakat Boyolali merupakan petani dengan komoditas unggulan di antaranya padi, jagung, pepaya, bawang merah, cabai, kencur dan jahe dan tentu saja susu sapi," terangnya.
Wahyu memaparkan, total luas panen padi 2021 ditargetkan 49 ribu hektare dengan produksi 280 ribu ton gabah kering atau setara dengan 161 ribu ton beras. Jumlah penduduk Boyolali sebanyak 1 juta orang. Apabila indeks konsumsi beras rata-rata 117.500 ton, maka Boyolali akan menyumbang stok beras nasional sebesar kurang lebih 44 ribu ton.
Wahyu menyatakan, Kabupaten Boyolali sedang memasuki musim tanam II dengan perkiraan luas tanam 10 ribu hektare. Saat ini luas tanam yang sudah ada sekitar 15 ribu hektare.
"Pada Januari-Februari sebelumnya ada serangan hama berupa WBC dan lainnya namun dengan hadirnya Pak Menteri sebagai komando gerakan pengendalian organisme pengganggu tanaman akan membangkitkan semangat petani Boyolali," ujar Wahyu.
Sementara itu, Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, mengatakan Kementan akan terus mendorong upaya-upaya dalam mengakselerasi petani dengan mengembangkan korporasi petani di Kabupaten Boyolali. Tahun 2021, Kementan menggulirkan bantuan dengan total Rp 9,35 miliar. Bantuan tersebut terdiri dari benih padi, alat pra dan pascapanen, bantuan pengembangan kawasan alpukat, jeruk, aneka cabai, ternak itik, pakan serta bantuan padat karya.
"Untuk petani Boyolali jangan kasih kendor, kita bangun pertanian lagi menjadi Boyolali salah satu sentra pangan di Pulau Jawa," pungkas Suwandi.