REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Paus Fransiskus menyerukan diakhirinya perselisihan agama dan sektarian di Irak. Ia pun mengkritik kepentingan faksi dan asing yang turut berkontribusi dalam menciptakan krisis di negara tersebut.
"Irak telah menderita dampak perang yang menghancurkan, bencana terorisme, dan konflik sektarian yang sering didasarkan pada fundamentalisme yang tidak mampu menerima hidup berdampingan secara damai dari berbagai kelompok etnis serta agama," kata Paus Fransiskus saat menyampaikan pidato di istana kepresidenan Irak pada Jumat (5/3).
Dia pun berharap konflik bersenjata dan aksi ekstremisme di Irak dapat berakhir. Paus Fransiskus kemudian memberi penghormatan kepada orang-orang yang tewas dalam serangan berdalih agama. "Kematian mereka adalah pengingat bahwa kekerasan atau pertumpahan darah tidak sesuai dengan ajaran agama yang autentik," ucapnya.
Presiden Irak Barham Salih berterima kasih kepada Paus Fransiskus karena telah melakukan kunjungan kepausan perdana ke negaranya. Dia mengakui banyak saran yang merekomendasikan agar agenda kunjungan tersebut ditunda.
Selain karena pandemi, pertimbangan lainnya adalah situasi keamanan di Irak. "Fakta bahwa Paus tetap datang melipatgandakan nilai kunjungan ini bagi rakyat Irak," kata Salih.
Selama kunjungan tiga harinya di Irak, Paus Fransiskus memiliki beberapa agenda. Pada Sabtu (6/3), dia dijadwalkan melakukan pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan ulama Muslim Syiah Irak Ayatollah Ali al-Sistani di selatan kota Najaf.
Ia juga bakal mengunjungi Ur, tempat kelahiran Nabi Ibrahim, yang dihormati umat Kristen, Muslim dan Yahudi. Setelah itu Paus Fransiskus akan kembali ke Baghdad untuk menggelar misa. Pada Ahad (7/3), Paus Fransiskus dijadwalkan melakukan perjalanan ke Mosul, kota yang menjadi benteng ISIS di Irak.