Ahad 07 Mar 2021 06:55 WIB

Eropa Kembali Kewalahan Hadapi Varian Baru Covid-19

Varian Inggris menyebar signifikan di 27 negara Eropa.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Sekolah Dasar Cesare Battisti di Roma, Italia, memasang pengumuman dilarang berkumpul.
Foto: AP Photo/Gregorio Borgia
Sekolah Dasar Cesare Battisti di Roma, Italia, memasang pengumuman dilarang berkumpul.

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Virus menyapu taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang berdekatan di pinggiran Kota Milan Bollate, Italia dengan kecepatan luar biasa. Hanya dalam hitungan hari, 45 anak dan 14 anggota staf dinyatakan positif Covid-19. 

Analisis genetik mengonfirmasi yang sebelumnya diduga oleh para pejabat, yaitu varian virus corona yang sangat menular yang pertama kali diidentifikasi di Inggris. Varian tersebut berpacu di komunitas kota padat yang berpenduduk hampir 40 ribu dengan pabrik kimia dan pabrik ban sepeda Pirelli yang berjarak 15 menit berkendara dari jantung Kota Milan.

Baca Juga

“Ini adalah demonstrasi bahwa virus memiliki semacam kecerdasan. Kita dapat memasang semua penghalang di dunia dan membayangkan bahwa mereka berhasil, tetapi pada akhirnya, itu beradaptasi dan menembusnya," ujar Wali Kota Bollate, Francesco Vassallo.

Bollate adalah kota pertama di Lombardy, Italia, yang ditutup dari wilayah tetangga karena versi mutan itu. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian baru itu sedang mengalami peningkatan infeksi di seluruh Eropa. Varian ini juga mencakup versi yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan dan Brasil.

Eropa mencatat 1 juta kasus Covid-19 baru minggu lalu, meningkat 9 persen dari minggu sebelumnya. WHO menyatakan, kondisi ini pembalikan kondisi yang mengakhiri penurunan selama enam minggu.

“Penyebaran varian mendorong peningkatan, tetapi tidak hanya itu. Ini juga dengan terbukanya masyarakat, bila tidak dilakukan dengan cara yang aman dan terkendali," kata direktur regional WHO untuk Eropa, Dr Hans Kluge. 

Varian Inggris ini menyebar secara signifikan di 27 negara Eropa yang dipantau oleh WHO. Namun, keberadaannya dominan di setidaknya 10 negara, yaitu Inggris, Denmark, Italia, Irlandia, Jerman, Prancis, Belanda, Israel, Spanyol, dan Portugal.

Virus ini hingga 50 persen lebih mudah menular daripada virus yang melonjak musim semi lalu dan kembali di musim gugur. Menurut pakar WHO, kondisi ini membuatnya lebih mahir dalam menggagalkan tindakan yang sebelumnya efektif diterapkan oleh pemerintah dalam menahan penyebaran. 

“Itulah mengapa sistem kesehatan lebih kesulitan sekarang.Ini benar-benar berada di titik kritis. Kami harus mempertahankan benteng dan sangat waspada," kata Kluge. 

Gambaran yang dijelaskan Kluge terlihat dengan kondisi di Lombardy. Wilayah yang menanggung beban gelombang musim semi di Italia ini menemukan bangsal perawatan intensif kembali terisi karena lebih dari dua pertiga tes positif baru berasal dari varian Inggris. 

Setelah menetapkan dua provinsi dan sekitar 50 kota pada penguncian yang dimodifikasi, gubernur regional Lombardy mengumumkan pembatasan yang diperketat pada Jumat (5/3). Pembatasan kegiatan dilakukan dengan  menutup ruang kelas untuk semua kelompok umur. Kasus di sekolah Milan saja melonjak 33 persen dalam seminggu. 

 

sumber : AP News
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement