REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Jumlah angkutan kota (angkot) yang beroperasi di Kota Cirebon kini hanya tersisa 30 persen. Hal itu menyusul sepinya penumpang yang menggunakan jasa moda transportasi tersebut.
Sekretaris Organda Cirebon, Karsono, menyebutkan, jumlah angkot yang beroperasi di Kota Cirebon semula ada sekitar 1.300 angkot. Namun dari jumlah itu, yang masih beroperasi hingga saat ini hanya tersisa kurang lebih 400 unit. "Tinggal 30 persen," kata Karsono, Ahad (7/3).
Bahkan, lanjut Karsono, ada dua trayek yang angkotnya sudah berhenti total. Yakni, angkot D9 jurusan Dukuh Semar-Kedawung-Evakuasi-Kanggraksan-Kebon Pelok dan angkot D10 jurusan Dukuh Semar-Benda.
Karsono menyebutkan, sepinya penumpang angkot sudah terjadi sejak berlangsungnya pandemi Covid-19. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) maupun sejumlah pembatasan lainnya membuat angkot kehilangan penumpangnya. Seorang pemilik sekaligus sopir angkot D6, Rasdi, menuturkan, kesulitan yang dialami para sopir angkot sudah terjadi sejak adanya ojek online (ojol) dan mobil onlie. Kesulitan itu semakin diperparah dengan berlangsungnya pandemi Covid-19.
Rasdi mengaku pernah mencoba mengoperasikan angkotnya di masa pandemi. Namun, selama beroperasi mulai pagi sampai siang hari, penumpangnya hanya dua orang. Karenanya, dia memutuskan tidak beroperasi sama sekali. "Angkotnya saya kandangkan," kata Rasdi.
Angkot satu-satunya milik Rasdi baru dioperasikan kembali jika ada yang menyewa untuk keperluan tertentu. Seperti mengantar tamu kondangan. Untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya, Rasdi memilih menjadi kuli. Namun, itupun tidak menentu. "Kalau ada yang mengajak kerja di proyek, saya ikut," tutur Rasdi.
Selain itu, Rasdi juga memelihara sejumlah ekor kambing. Namun, dia baru bisa memperoleh pendapatan saat menjual kambingnya untuk keperluan qurban Idul Adha.