REPUBLIKA.CO.ID, Sejak tol yang menghubungkan dua ibu kota provinsi, yaitu Bandar Lampung dan Palembang tersambung, ternyata diikuti perubahan dalam aktivitas di masyarakat. Mas Soepar termasuk salah satu warga yang memanfaatkan beroperasinya Tol Trans Sumatera.
Dia mengaku, sudah beberapa kali menjajal jalan bebas hambatan tersebut. Dengan adanya tol, Mas Soepar merasa jarak ibu kota Provinsi Lampung dan Sumatra Selatan (Sumsel) seolah menjadi lebih lebih dekat. Pada akhir pekan atau liburan panjang, seperti akhir tahun, Mas Soepar menyempatkan diri melaju ke Palembang.
"Alhamdulillah, sekarang bisa sehari PP (pulang pergi) kalau dari Lampung ke Palembang," ucap Mas Soepar ketika dikonfirmasi Republika, belum lama ini. Dia mengaku, semakin sering berkunjung ke Palembang hanya untuk bersantai dan berlibur atau mengunjungi rekan. Hal itu berkat adanya tol, yang membuat bepergian menjadi lebih mudah.
Setiap menuju ke Kota Palembang dengan menjajal Tol Trans Sumatera, Mas Soepar masuk lewat gerbang Tol Itera Kota Baru. Terakhir, ia menempuh Bandar Lampung ke Palembang pada akhir Februari 2021. "Kita cari durian, biasalah akhir pekan, kita jalan-jalan dulu," katanya didampingi Pak Asep, rekannya yang mengemudikan mobil kala menuju Kota Pempek tersebut.
Sebelum memasuki pintu tol, ia mengisi e-toll Rp 500 ribu, sehingga total saldo di kartu e-money sekitar Rp 590 ribuan. Mas Soepar merasa jumlah saldo sudah mencukupi untuk perjalanan Bandar Lampung-Palembang PP. Tepat pada pukul 08.37 WIB, mobil yang dikendari Mas Soepar masuk gerbang Tol Itera Kota Baru.
Sepanjang perjalanan, rute tol didominasi jalanan datar dan lurus. Tol Trans Sumatera terdiri dua lajur dan dominan berbeton sehingga nyaman bagi kendaraan yang lewat. Mas Soepar berhenti di rest area KM 87 untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Di sini, terdapat minimarket juga, sehingga pengendara bisa sekaligus mengisi kartu e-toll jika dirasa saldonya menipis. "Di dalam (rest area) tol ini lengkap guys," ucap Mas Soepar.
Pada pukul 08.57 WIB, mobil melewati plang bertuliskan pintu keluar Tol Bandara Raden Inten. Kemudian, Mas Soepar pun keluar di gerbang Tol Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, karena ada janji bertemu dengan rekannya. Dia sekaligus ingin memeriksa berapa tarif tol yang harus dibayar. "(Keluar pintu Tol Menggala) Rp 88.500 dari gerbang Tol Itera," kata Mas Soepar.
Pada pukul 10.39 WIB, ia mulai masuk lagi ke gerbang Tol Manggala menuju Palembang. Karena tol baru sehingga masih belum banyak kendaraan lewat, meskipun pada akhir pekan. Mas Soepar pun mengingatkan pengendara untuk hati-hati ketika sampai di KM 188-189, yang di kiri kanannya berupa rawa. "Semoga di sini dipasangi lampu oleh pengelola agar tidak membahayakan pengguna jalan," katanya
Pada pukul 11.12 WIB, Mas Soepar tiba di pintu keluar Tol Pematang Panggang KM 239, Kabupaten Mesuji, yang berada di kawasan perbatasan Provinsi Lampung dan Sumatra Selatan. Dia mengingatkan pengendara, khususnya kendaraan pribadi agar lebih berhati-hati tidak memacu mobilnya melebihi kecepatan yang ditentukan demi keselamatan bersama.
"Di KM 241 itu ada jembatan di sebelah kiri ada petugas tol melambaikan tangan, intinya harus pelan-pelan. Padahal tadi mobil lari antara 90-100 km (per jam), tapi mobil lompat. Apa yang saya sampaikan ini bermanfaat, agar ekstra hati-hati, bagi yang di luar Lampung dan Palembang," ucap Mas Soepar.
Pada pukul 12.10, mobil melewati gerbang Tol Kayu Agung Utama yang terletak di KM 330. Perjalanan pun hampir tiba di ujung. Mas Soepar akhirnya keluar di pintu Tol Palembang Kertapati, yang menjadi batas akhir tol dari Bakauheni menuju Lampung. Dia tiba di pintu tol terakhir jalan bebas hambatan sepanjang 367 kilometer (km) tersebut pada pukul 12.38 WIB.
Total, ia menempuh perjalanan di tol hanya empat jam. Adapun kecepatan yang ditempuh mobilnya sekitar 100 km per jam. Dari Kota Baru Bandar Lampung ke Palembang, tarif tol sekitar Rp 270 ribu alias Rp 540 ribu perjalanan PP. Jalan tol yang masih sepi dan lurus membuat Mas Soepar merasa nyaman setiap kali ke Palembang, atau balik ke Bandar Lampung pada sore atau malam hari itu juga.
Dia merasa tidak masalah harus membayar tarif tol daripada lewat Jalan Lintas Timur Sumatra yang memerlukan waktu 10 jam ke Palembang dari Bandar Lampung. Selain memakan waktu lama, sambung dia, jalanan juga sempit dan sebagian berlubang.
Belum lagi, harus berpapasan dengan truk yang melaju pelan, membuat mobil tak bisa dipacu dengan maksimal. "Lampung-Palembang ini infrastrukturnya sip, keren banget," kata Mas Soepar.
Sopir perempuan Devi Nuraisyah Stephani juga termasuk yang ikut merasakan dampak beroperasinya Tol Trans Sumatera. Dengan mengemudikan truk Hino warna pink, Devi ketika keluar dari kapal feri di Pelabuhan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, langsung membawa truk penuh muatan barang masuk gerbang Tol Bakauheni Selatan.
Ada empat truk rombongan yang melaju beriringan, termasuk yang dikemudikan Devi dengan tujuan membawa muatan ke Palembang. Devi mengaku, baru pertama kali mendapat tugas dari tempatnya bekerja di Jakarta Timur, yaitu TAM Cargo untuk mengirim barang ke Pulau Sumatra pada pertengahan 2020.
Dia pun mengemudikan truk penuh muatan ke Palembang dengan santai, lantaran jalan tol masih sepi dari kendaraan pribadi. Karena itu, ia memilih lajur kiri di sepanjang jalan.
"Alhamdulillah akhirnya bisa juga lintas pulau, mainnya tidak cuma Jawa, Jawa," kata Devi senang bisa untuk pertama kalinya menjajal Tol Trans Sumatera. Sebagai seorang Youtuber, ia juga mengunggah pengalamannya menyetir truk pertama kali di Tol Trans Sumatera ke akun Youtube bernama Driver Shadow17.
Devi sehari-hari memang bekerja sebagai sopir truk sejak 2017. Selama ini, ia hanya mendapat tugas ekspedisi di beberapa daerah di Pulau Jawa. Setiap bepergian, ia selalu tandem dengan suaminya, yang bergiliran menyetir. Ketika mendapat kesempatan mengirim barang ke ke Pulau Sumatra, Devi mengaku, sangat antusias.
Apalagi, ia mengetahui perjalanan ke Palembang sudah bisa ditempuh full lewat tol. Hal itu jelas lebih memudahkan bagi sopir daripada lewat jalan biasa yang menempuh perjalanan lebih lama. "Pekerjaan ini jangan dianggap pekerjaan, tapi dianggap hobi, anggap liburan kayak aku. Jadi gak spaneng (pusing), jadi tidak terasa beban," kata Devi.
Tidak lama di tol, ia pun mampir di rest area KM 116 Tol Trans Sumatra di Kabupaten Lampung Tengah. Usai istirahat, Devi melanjutkan perjalanan menyusuri tol sampai Palembang dengan truk lainnya. Dia merasa nyaman dengan jalur tol lantaran rutenya lurus dan lancar. Alhasil, perjalanan dari Jakarta bisa dilalui tepat waktu ketika sampai di Palembang.
Ketika sukses menunaikan tugas pertama kali, Devi kembali mendapat amanah mengemudikan truk ke Pekanbaru. Kembali, ia mengemudkan truknya lewat tol sampai di Palembang. Baru setelah itu, ia lewat Jalan Lintas Sumatera Timur yang memakan waktu lebih lama.
Perilaku baru
Tol yang menghubungkan Bandar Lampung dan Palembang termasuk bagian jaringan Tol Trans Sumatera yang progres pembangunannya paling cepat kelar. Data PT Hutama Karya, selaku pemegang konsensi Tol Trans Sumatera, total panjang tol mencapai 2.828 km, Dengan diresmikannya Tol Kayu Agung-Palembang sepanjang 42,5 km oleh Presiden Jokowi pada 26 Januari 2021, jalan tol yang sudah beroperasi mencapai 551,5 km. Sedangkan panjang jalan tol yang terbangun sudah 629 km.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Gemilang Tarigan mengatakan, beroperasinya Tol Trans Sumatera membawa peradaban dan perilaku baru bagi kalangan pebisnis angkutan. Menurut dia, pengelolaan infrastruktur jalan dapat mendukung kelancaran distribusi logistik.
Hal itu lantaran dengan adanya tol yang nantinya menghubungkan sembilan provinsi dari Kota Banda Aceh ke Bandar Lampung tersebut maka ada lima manfaat yang bisa didapat penguaha. Di antaranya, waktu distribusi tepat sampai tujuan penerima, daya angkut dapat maksimum, hingga prosedur pengiriman barang tepat dan tidak rumit, can any time any where.
Gemilang mengatakan, angkutan logistik menyambut baik hadirnya Tol Trans Sumatera, karena banyak manfaat yang didapat. Selain jalan lebih mulus, waktu tempuh lebuh singkat, lebih aman, juga kontur jalan cenderung datar, sehingga truk terhindar dari tanjakan dan turunan ekstrem.
"Truk merupakan sarana angkutan barang yang paling efisien, murah, dan banyak dipergunakan untuk jarak kurang dari 400 km dibandingkan kereta api atau kapal, termasuk di Sumatra. Tol Trans Sumatera akan mendukung kelancaran distribusi barang," ucap Gemilang dalam webinar di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dia membeberkan data, armada truk di Sumatra selama empat tahun terakhir terus bertambah. Pada akhir 2019, total ada 1.946.442 unit yang beroperasi di Sumatra. Armada tersebut ingin ramai-ramai masuk tol, hanya saja terkendala aturan over dimensi overload (ODOL). Dengan kondisi seperti itu, Gemilang mengajak pengusaha truk untuk mengubah orientasi jasa angkutan dari daya angkut banyak menjadi kecepatan pengiriman barang dengan keunggulan lebih cepat sampai.
Hal itu bisa terjadi jika semakin panjang Tol Trans Sumatera yang selesai dibangun dan bisa menghubungkan semakin banyak kota. "Potensi pasar jasa logistik akan tumbuh seiring dengan adanya Tol Trans Sumatera. Dengan adanya Tol Trans Sumatera, maka speed truk menjadi penting, sehingga truk lama akan kalah bersaing," kata Gemilang.
Di acara yang sama, Direktur Utama PT Hutama Karya, Budi Harto menuturkan, dampak hadirnya Tol Trans Sumatera memiliki tiga manfaat besar bagi masyarakat dan kalangan pengusaha. Pertama, turunnya biaya logistik. Kedua, mempermudah pergerakan barang dan jasa.
Ketiga, kegiatan pariwisata menggeliat. "Turunan dari jalan Tol Trans Sumatera ini menghasilkan pertumbuhan dan kesejahteraan bagi masyarakat di Sumatra," kata Budi.
Dia menjelaskan, perseroan juga tidak sekadar memikirkan keuntungan dengan mengabaikan keselamatan pelanggan. Karena itu, PT Hutama Karya melakukan aksi di lokasi tol dengan meminimalisasi agar tingkat kecelakaan bisa ditekan. Pihaknya tidak ingin melupakan aspek keamanan pengguna jalan, dan Tol Trans Sumatera malah menjadi lokasi kecelakaan kendaraan paling banyak.
Untuk itu, PT Hutama Karya rutin menggelar patroli, program khusus menekan tingkat kecelakaan, dan penindakan truk ODOL. Tentu saja, dalam melakukan penindakan, petugas menggandeng kepolisian dan dinas perhubungan (dishub). Selain itu, juga diadakan aksi simpatik dengan mengingatkan pengemudi agar tidak mengantuk selama perjalanan.
Pihaknya juga mengantisipasi dengan memiliki program khusus pemasangan warning lamp hingga rumble strip dan dot guna mengantisipasi terjadinya microsleep pada pengguna jalan melalui suara getaran yang ditimbulkan pada saat melintas. "Masyarakat dan pengguna jalan diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam berkendara dan setuju bahwa keselamatan adalah nomor satu," kata Budi.