Senin 08 Mar 2021 11:39 WIB

China Banggakan Sebar Vaksin dan Kutuk AS Politisasi Pandemi

China menyebut melakukan salah satu program kemanusiaan terbesar memerangi pandemi

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Bendera China. Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyatakan negara itu melakukan salah satu program kemanusiaan terbesar dalam sejarahnya dengan membantu negara-negara lain pada 2020 untuk memerangi pandemi virus corona.
Foto: ABC News
Bendera China. Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyatakan negara itu melakukan salah satu program kemanusiaan terbesar dalam sejarahnya dengan membantu negara-negara lain pada 2020 untuk memerangi pandemi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyatakan negara itu melakukan salah satu program kemanusiaan terbesar dalam sejarahnya dengan membantu negara-negara lain pada 2020 untuk memerangi pandemi virus corona. Dia menyinggung Rusia sebagai sekutu dan mengutuk Amerika Serikat (AS) atas penangan persoalan kesehatan.

Wang menyatakan, Beijing tidak sendirian dalam pertarungan dalam pandemi. Negara ini bekerja sama dengan Rusia untuk memerangi virus corona maupun virus politik yang tidak disinggungnya lebih lanjut.

Baca Juga

Meski tidak menyinggung AS secara langsung, di masa lalu AS berulang kali menuduh China bertanggung jawab atas pandemi Covid-19. Beijing membantah tuduhan yang tidak berdasar dan mengutuk upaya Washington untuk mempolitisasi pandemi.

Dikutip dari Sputniknews, Rusia juga menghadapi berbagai tuduhan terkait pandemi. Moskow dinilai mempromosikan agenda anti-vaksinasi hingga tuduhan tidak efektifnya Sputnik V yang vaksin terdaftar pertama di dunia untuk melawan Covid-19.

Wang juga menekankan bahwa Beijing telah memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang dengan menyumbangkan vaksin virus corona dan menjualnya ke negara lain. Dia pun mengutuk nasionalisme vaksin, pembagian vaksin, dan segala upaya untuk mempolitisasi produksi dan distribusi vaksin, dengan tidak menuding negara mana pun.

Meski begitu, Wang mencatat bahwa persaingan tidak dapat dihindari dalam urusan kedua negara karena kepentingan mereka saling terkait. Namun, dia berpendapat bahwa itu harus sehat, berdasarkan keadilan dan kesetaraan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement