REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Keuangan PT Jasa Marga (Persero) Tbk Donny Arsal mengatakan empat manfaat Sovereign Wealt Fund atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) bagi Jasa Marga. Donny menyampaikan LPI merupakan alternatif untuk program asset recycling atau daur ulang aset sehingga perusahaan masih dapat menggunakan dana untuk berinvestasi pasa jalan tol yang baru.
"Manfaat SWF bagi kita ada empat, pertama meningkat likuiditas bagi Jasa Marga karena ada flow of fund masuk sehingga kita mendapatkan dana segar untuk mendukung kegiatan opersional Jasa Marga," ujar Donny saat webinar bertajuk 'Siapkah BUMN Infrastruktur Optimalkan Dana LPI' yang diselenggarakan Forum Wartawan BUMN di Jakarta, Senin (8/3).
Manfaat kedua, ucap Donny, LPI menjadi alternatif pendanaan dari sisi ekuitas, baik dari PMN, right issue, atau bentuk lain dari equity fund rising. Donny menyampaikan LPI masuk dalam program equity financing yang diperoleh dari sumber luar atau investor. Kata Donny, Jasa Marga sudah beberapa kali melakukan asset recycling maupun equity fund rising, baik melalui investasi langsung yang dilakukan pada 2017 dengan divestasi sebagian ruas Semarang-Solo maupun di ruas JORR.
"Dengan adanya SWF ini merupakan alternatif baru di mana ketersediaan dana yang akan masuk dalam investasi jalan tol bisa kita manfaatkan dan kita harapkan bisa mendukung kegiatan asset recycling Jasa Marga," ucap Donny.
Manfaat ketiga, ungkap Donny, adalah unuk memperbaiki struktur permodalan Jasa Marga mengingat adanya ekuitas yang sehingga dari sisi capital structure mengalami perbaikan jadi lebih solid dan kuat. Manfaat keempat, dengan adanya asset recycling akan meningkatkan kinerja karena penjualannya akan dilakukan di atas nilai buku sehingga ada keuntungan yang bsa perusahaan bukukan.
Jasa Marga sendiri, ucap Donny, sebenarnya memiliki 21 aset yang siap menampung dana dari LPI ini. Dari 21 aset, sebanyak 18 masuk dalam tahapan brown field yang memiliki kemampuan menghilangkan dua risiko besar utama yaitu risiko pembebasan lahan, kedua risiko konstruksi, baik keterlambatan konstruksi maupun eskalasi biaya konstruksi.
"Dua risiko utama sudah terlewati dan memasuki tahap brown field," ungkap Donny.
Untuk tahap awal, ucap Donny, perusahaan menyiapkan 9 aset yang terdiri atas Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, Jakarta-Cikampek II Elevated, Semarang-Batang, Gempol-Pandanaan, Pandaan-Malang, Gempol-Pasuruan, Balikpapan-Samarinda, Manado-Bitung hingga Bali-Mandara.
"Perlu kami sampaikan aset-aset yang sudah kita siapkan ini bisa diganti aset lainnya sesuai dengan risk appetite INA. Ini baru kita siapkan sebagai awal meskipun kita ready 21 aset di bawah Jasa Marga, kita siap mengundang investor lain, baik domestik maupun internasional," lanjut Donny.
Sebagai kesiapan menyambut potensi dengan LPI, lanjut Donny, Kementerian BUMN telah membentuk tim klaster sektoral yang meliputi sektor bandara, pelabuhan, dan jalan tol dengan adanya project management office yang terus berkoordinasi dengan Kementerian BUMN untuk mempersiapkan aset-aset yamg diperlukan.
"Jadi persiapan sudah dilakukan, berkoordinasi dengan pengelola jalan tol lain termasuk Waskita dan Hutama Karya. Kita kerja sama sehingga persiapan aset ini bisa segera memasuki tahap negosiasi," kata Donny.