REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM mengajukan pengunduran diri dari tim penelitian uji klinis vaksin sel dendritik SARS-Cov-2 atau vaksin nusantara. Mereka beralasan, peneliti sejauh ini tidak dilibatkan dalam proses uji klinis, termasuk penyusunan protokol.
"Belum ada keterlibatan sama sekali. Kita baru tahu saat itu muncul di media massa bahwa itu dikembangkan di Semarang, kemudian disebutkan pengembangannya melibatkan tim dari UGM," kata Wakil Dekan FKKMK UGM, dr Yodi Mahendradhata, Senin (8/3).
Ia menyebut, sejumlah peneliti UGM memang sempat menerima komunikasi informal terkait rencana pengembangan vaksin di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan. Kemudian, mereka menyatakan bersedia mendukung penelitian yang akan dilakukan.
Meski begitu, setelah itu tidak ada komunikasi lebih lanjut terkait penelitian vaksin tersebut. Bahkan, peneliti tidak mengetahui jika Kementerian Kesehatan telah menerbitkan surat keputusan atau SK yang mencantumkan nama mereka dan posisi yang mereka duduki.
"Waktu itu belum ada detail ini vaksinnya seperti apa, namanya saja kita tidak tahu. Hanya waktu itu diminta untuk membantu, ya kami di UGM jika ada permintaan dari pemerintah seperti itu, kami berinisiatif untuk membantu," ujar Yodi.
Peneliti, kata Yodi, merasa keberatan karena tidak pernah dilibatkan seluruh proses penelitian, bahkan sama sekali belum pernah melihat protokol uji klinis. Oleh karenanya, mereka tidak dapat berkomentar apapun terkait vaksin yang dimaksud.
Selama pandemi covid-19, FK-KMK UGM sendiri telah terlibat sejumlah penelitian. Salah satunya penelitian vaksin merah putih bersama beberapa perguruan tinggi lainnya di bawah konsorsium yang diinisiasi Kementerian Riset dan Teknologi.