Selasa 09 Mar 2021 08:33 WIB

Ummu Haram: Mujahidah Pertama yang Lintasi Mediterania

Mujahidah Pertama Yang Lintasi Mediterania

Masjid Hala Sultan Tekke di kota Larnaca, Ciprus. Di lokasi itu ada salah satu makam yang diyakini sebagai makam Ummu Haram binti Milhan al-Anshariyyah. Mujahidah pertama yang melintasi lautan Mediterania.
Foto: google.com
Masjid Hala Sultan Tekke di kota Larnaca, Ciprus. Di lokasi itu ada salah satu makam yang diyakini sebagai makam Ummu Haram binti Milhan al-Anshariyyah. Mujahidah pertama yang melintasi lautan Mediterania.

IHRAM.CO.ID, Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Penulis dan traveller.

“Aku ceritakan ya, Nak, Rasulullah SAW pernah bermalam di rumah kami di Quba,” katanya pelan memecah keheningan. Mendengar nama Rasulullah SAW disebut, semua yang ada di tempat itu menunduk takzim.

“Saat tidur, tiba-tiba Rasulullah SAW terbangun, tersenyum, lalu tertawa. Aku bertanya, ada apa ya Rasulullah SAW?”

“Dari kalangan umatku akan ada yang berjihad dengan kapal-kapalnya. Mereka naik kapal seolah raja di atas singgasananya,” jawab Manusia Mulia itu.

“Ya Rasulullah SAW, berkenankah mendoakan kami supaya berada di antara orang-orang yang engkau kabarkan?” pintaku.

“Kalian akan berada di situ,” jawabnya, lalu tertidur lagi. Tak lama Rasulullah SAW terbangun lagi, tersenyum dan tertawa seakan sangat puas.

“Engkau akan berangkat bersama orang-orang yang berangkat pertama,” lanjutnya.

Kisah itu membuat semua yang mendengar terdiam. Nahkoda lalu memutuskan memperbolehkannya naik ke atas kapalnya.

Baca juga : 3 Kisah Akhir Tragis Hidup Para Penghina Nabi Muhammad SAW

Mujahidah mulia yang hendak berangkat ke medan jihad itu adalah Ummu Haram binti Milhan al-Anshariyyah. Ia adalah istri sahabat mulia Abul Walid Ubadah bin ash-Shamit bin Qais al-Anshari al-Khazraji atau yang lebih dikenal sebagai Ubadah bin Shamit.

Nahkoda kapal sempat menahannya karena mempertimbangkan usianya yang sudah sangat sepuh. Ibnu Katsir  dalam kitab “Al-Bidayah wan Nihayah” menuliskan usianya 80 tahun kala itu!

Lebih menakjubkan lagi, ternyata itu bukan jihad terakhir Ummu Haram. Ia sempat kembali dengan selamat dan baru pada keberangkatan kedua, syahid di wilayah yang sekarang bernama Ciprus.

Allahu akbar!

Begitulah para sahabat mulia. Panggilan jihad akan disambut dengan suka cita. Tak peduli berapapun usia dan seperti apa kondisinya.

Tak main-main, mereka adalah pasukan pertama yang diberangkatkan menggunakan ekspedisi laut melintasi Mediterania. 

Wilayah yang masih sangat asing bagi pasukan Muslimin pada waktu itu. Hendak kemana mereka berlayar? 

Konstantinopel!

Kalau selama ini yang paling masyhur kisah sahabat yang syahid dalam upaya pembebasan Konstantinopel adalah Abu Ayyub Al Anshari, sejatinya ekspedisi yang diikuti Abu Ayyub adalah adalah ekspedisi ketiga. 

Baca juga : Frasa Agama di Peta Pendidikan, Ini Respons Wapres

Sedang ekspedisi yang diikuti Ummu Haram dan suaminya adalah ekspedisi pertama dan kedua. Sekalipun kedua ekspedisi itu belum berhasil mencapai wilayah Konstantinopel.

Saya tak bisa membayangkan betapa luar biasanya Ummu Haram ini. Seorang perempuan, mujahidah, kombatan, menunggang kuda, mengayunkan pedang, melintasi Lautan Mediterania dan akhirnya syahid dan dikuburkan di negeri asing. Sungguh perjalanan hidup yang membuat “iri” banyak orang.

Tahun 2010 pemerintah Turki mengirim tim ke Pulau Ciprus untuk mencari bukti-bukti sejarah di kota Larnaca yang diduga menjadi medan jihad pada masa itu. 

Ditemukanlah beberapa makam yang salah satunya diyakini sebagai makam Ummu Haram. Ada sebuah masjid yang telah berdiri di dekat lokasi itu yang dibangun sekitar tahun 1781. Masjid itu lalu direnovasi oleh pemerintah Erdogan dan diberikan nama Hala Sultan Tekke.

Hari ini, 8 Maret, diperingati dunia sebagai International Women's Day. Sejarah tak pernah kekurangan Muslimah hebat yang bisa menjadi role model. Dimulai dengan 4 wanita penghulu surga, hingga para ilmuwan, bahkan kombatan.

Jakarta, 8/3/2021

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement