REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Perempuan di seluruh Meksiko turun ke jalan untuk memprotes krisis kekerasan yang mereka hadapi setiap hari. Unjuk rasa itu didorong pemerintah yang tak peduli dan dukungan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador pada politisi yang dituduh melakukan pemerkosaan.
"Saya di sini agar suara saya didengar, keadilan ditegakkan, besok putri saya, besok mungkin perempuan yang lain," kata salah satu pengunjuk rasa Irma Quesada, Selasa (9/3).
Ia mengatakan putrinya yang berusia 12 tahun sedang masa pemulihan setelah diperkosa dan ditusuk wajahnya oleh seorang laki-laki berusia 45 tahun. Saat ini pelakunya masih di penjara tapi pihak berwenang memperingatkan mungkin laki-laki itu tidak lama di balik sel karena kurangnya bukti.
Lembaga think tank yang menganalisis data pemerintah, Mexico Evalua mengatakan pada paruh kedua 2020 sekitar lima juta perempuan Meksiko menjadi korban kekerasan seksual seperti pelecehan seksual, pencabulan, pemerkosaan dan upaya pemerkosaan. Sebagian besar tidak dilaporkan.
Unjuk rasa memperingati Hari Perempuan Internasional lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Tampaknya karena masih banyak masyarakat yang khawatir dengan pandemi virus corona.
Beberapa hari terakhir para aktivis membentangkan spanduk ungu bertuliskan 'tidak boleh pelaku pelecehan yang berkuasa' di alun-alun utama Mexico City. Para aktivis juga mengubah nama jalan dengan nama perempuan dan menjadikan bendera warna ungu, hijau dan merah marun sebagai foto profil di media sosial mereka.
Pengunjuk rasa mengecat penghalang besi di depan Istana Negara dengan nama para perempuan yang menjadi korban pembunuhan. Penghalang itu dipasang pekan lalu untuk melindungi bangunan bersejarah dari pengunjuk rasa.