Selasa 09 Mar 2021 13:38 WIB

Aqso Working Group: Perang Yaman Krisis Kemanusiaan Terburuk

Aqso Working Group Indonesia menyerukan semua pihak berhenti berperang

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Aqso Working Group Indonesia menyerukan semua pihak berhenti berperang. Ilustrasi perang Yaman
Foto: Reuters
Aqso Working Group Indonesia menyerukan semua pihak berhenti berperang. Ilustrasi perang Yaman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aqso Working Group (AWG) Indonesia menyampaikan, peperangan yang terjadi di Yaman telah berlangsung sejak 2015 sampai saat ini masih terus berkecamuk. Perang saudara yang pada mulanya hanya melibatkan dua kelompok di dalam negeri, telah meluas dengan terlibatnya beberapa negara. 

Ketua Presidium AWG Indonesia, Anshorullah, mengatakan Perang Yaman yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebut sebagai krisis kemanusiaan terburuk, menjadi gelanggang perseteruan dua blok besar. 

Baca Juga

Koalisi militer pimpinan Arab Saudi dengan dukungan Amerika Serikat (AS) dan Uni Emirat Arab (UEA), berperang melawan pemberontak Houthi yang diduga didukung Iran. 

Dia mengungkapkan, intervensi dari berbagai negara telah menyebabkan kecurigaan terhadap agenda tersembunyi pada konflik. Dari sudut pandang geopolitik, konflik ini strategis bagi kepentingan negara-negara yang terlibat. 

"Sehingga memperlama jalannya konflik dan mempersulit tercapainya sebuah resolusi bagi perang saudara di Yaman," kata Anshorullah melalui pesan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (9/3). 

Dia menjelaskan, dampak perang di Yaman tentu saja berakibat sangat buruk bagi peradaban kemanusiaan. Sebab perang tersebut menimbulkan kerugian fisik dan infrastruktur yang sangat besar. 

Perang di Yaman telah menelan korban jiwa sebanyak lebih dari 70 ribu jiwa (ACLED 2019) dan lebih dari tiga juta penduduk Yaman harus mengungsi (unrefugees.org 2019).  

Selain itu, perang di Yaman berdampak pada terjadinya bencana kelaparan yang berkepanjangan. Berdasarkan data PBB menunjukkan sebanyak 2,3 juta balita terancam kelaparan. 

"Sebanyak 400 ribu anak malnutrisi dan 1,2 juta ibu hamil kekurangan gizi. Data Save the Children menunjukan angka ini meningkat 52 persen dari Juli sampai Desember 2020," ujarnya. 

Sehubungan dengan perang di Yaman tersebut maka AWG Indonesia menyerukan kepada semua pihak yang berkonflik untuk sesegera mungkin menghentikan peperangan, melakukan gencatan senjata dan mengadakan rekonsiliasi demi terwujudnya perdamaian nasional, internasional dan global. 

Semua pihak yang berkonflik hendaknya menjunjung tinggi dan mengutamakan nilai-nilai perdamaian, kemanusiaan dan hak asasi manusia (HAM) dibandingkan dengan kepentingan politik yang nyata-nyata hanya memperpanjang masa peperangan dan menciptakan krisis kemanusiaan berkepanjangan. 

"(AWG Indonesia) menyerukan kepada koalisi pimpinan Arab Saudi agar menghentikan kampanye militer berupa serangan udara dan suplai persenjataan kepada salah satu pihak yang bertikai. Sebaiknya, koalisi melakukan mediasi persuasif aktif mencari solusi terbaik dalam rangka menciptakan perdamaian di Yaman. Harus disadari, setelah beberapa tahun ini, koalisi ikut bertanggungjawab atas kehancuran Yaman," jelas Anshorullah.   

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement