Menepis Tren Bombastis Diet Ekstrem tanpa Sayur
Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Diet | Foto: Republika/Mardiah
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Lisa Rosyida (Nutrisionis Diet Partner (@dietpartner.id))
Belakangan ini kembali beredar diet ekstrem di kalangan masyarakat. Dalam dunia saintifik diet ekstrem dan viral dikenal sebagai fad diet. Fad diet merupakan diet yang popular dalam suatu waktu, yang biasanya memiliki beberapa karakteristik khas seperti menjanjikan penurunan berat badan yang cepat secara tidak wajar atau klaim peningkatan kesehatan yang tidak masuk akal, tanpa mengikuti rekomendasi diet seimbang. Kecenderungan untuk berfokus pada turunnya berat badan membuat masyarakat kurang peduli dengan 'isi' dari diet tersebut.
Penurunan berat badan memang hal yang baik, akan tetapi komposisi bahan makanan yang ada di dalamnya menentukan kelancaran kerja tubuh melalui kandungan zat gizi makro dan mikro. Diet viral baru-baru ini mengimplikasikan bahwa tidak makan sayuran tidak apa-apa. Bahkan disebutkan bahwa makan sayuran tidak baik untuk program penurunan berat badan. Padahal di dalam sayuran terdapat serat, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang lebih banyak dan beragam daripada makanan pokok atau lauk-pauk.
Serat makanan merupakan bagian dari bahan pangan yang tidak tercerna oleh enzim pencernaan manusia. Jika dikelompokkan berdasarkan kelarutannya, serat pangan terbagi menjadi dua yaitu serat larut dalam air dan serat tidak larut dalam air.
Serat larut di antaranya mengandung komponen pektin dan gum serta beberapa oligosakarida yang banyak ditemukan dalam buah dan sayuran. Sedangkan serat tidak larut di antaranya mengandung komponen selulosa dan hemiselulosa yang banyak ditemukan pada kelompok bahan makanan serealia, gandum utuh, dan kacang-kacangan.
Berbagai komponen kimiawi dan sifat fisik yang ditemukan dalam serat makanan dapat mempengaruhi kondisi pencernaan pada tubuh manusia. Di dalam kolon, terdapat mikroflora usus (bakteri) yang bekerja aktif. Serat makanan ini akan diurai oleh kerja enzim bakteri usus menjadi air, CO2, gas metana, dan asam lemak. Hasil penguraian ini mempunyai efek osmotik sehingga memberi rasa kenyang yang lebih lama dan dapat meningkatkan gerak peristaltik di usus, serta meningkatkan volume tinja sehingga mampu mengatasi konstipasi atau buang air besar tidak teratur.
Serat makanan juga mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga keadaan tersebut mampu mengendalikan kenaikan glukosa darah dan mencegah terjadinya diabetes mellitus. Serat juga berperan dalam pencegahan kanker, khususnya kanker kolon. Selain itu, serat juga dapat mengikat lemak di dalam usus halus, sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Serat juga mengikat garam empedu (sebagai produk akhir metabolisme kolesterol) untuk dikeluarkan bersama dengan feses. Hal ini, dapat mencegah risiko penyakit kardiovaskuler karena tingginya kadar kolesterol dalam tubuh.
Untuk dapat memberikan konsultasi gizi dan rekomendasi gizi yang tepat, seseorang harus menempuh pendidikan gizi serta memiliki kompetensi wajib yang harus dikuasai dan teregistrasi. Dalam pendidikannya, ahli gizi mempelajari berbagai macam ilmu, di antaranya gizi dasar, biokimia, metabolisme gizi mikro dan gizi makro, kimia organik, anatomi dan fisiologi, analisis zat gizi, patofisiologi, asuhan gizi klinis, psikologi, ilmu bahan makanan, imunologi, penilaian status gizi, gizi olahraga, gizi kuliner, konsultasi gizi, dan lain-lain.
Dalam proses memberikan konsultasi gizi pun, ada prosedur terstandar yang harus dilalui. Tahapan pertama yang dilalui adalah asesmen gizi dan diagnosis gizi. Setelah diketahui permasalahannya, ahli gizi baru akan memberikan intervensi gizi.
Tidak hanya berhenti di situ, proses selanjutnya adalah monitoring dan evaluasi gizi. Setiap orang memilliki permasalahan yang berbeda dan dalam perjalanan dietnya juga perlu terus dimonitoring dan dievaluasi. Sehingga, diet setiap orang tidak dapat disamakan. Penting juga untuk diingat, bahwa diet mempengaruhi kesehatan dalam jangka panjang.
Mengikuti suatu diet hanya sekedar dari membaca buku dan internet tanpa didampingi ahli gizi juga terlalu berisiko karena pemahamannya tidak akan utuh. Perlu kritis juga ketika mendapatkan konsultasi gizi dari seseorang pastikan dulu apakah yang bersangkutan memang kompeten di bidang gizi.