Selasa 09 Mar 2021 18:08 WIB

Pengusaha Properti Desak Bank Turunkan Bunga Kredit dan DP

Program sejuta rumah diharapkan terus berjalan untuk menjawab kebutuhan rumah rakyat.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja menyelesaikan pembuatan rumah subsidi pemerintah program Sejuta Rumah Murah di Desa Sambirejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. ilustrasi
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Pekerja menyelesaikan pembuatan rumah subsidi pemerintah program Sejuta Rumah Murah di Desa Sambirejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Presiden dalam nawacita salah satunya yang berhasil yakni program sejuta rumah. Melalui program ini sekarang masyarakat menjadi punya rumah dengan suku bunga dan uang muka murah. 

Terbukti realisasi program inipun tiap tahun dari 2015 terus meningkat. Industri properti akhirnya bangkit dan tumbuh dan program perumahan nasional diharapkan akan terus berjalan untuk menjawab kebutuhan rumah rakyat. 

Baca Juga

Di samping itu tumbuhnya rumah rakyat, maka industri properti di Indonesia akan tumbuh. Tercatat sebanyak 174 industri ikutannya juga akan tumbuh untuk mendukung pemulihan ekonomi masa pandemi.

Keberpihakan terhadap jalannya program itu, termasuk kelangsungan akan kebutuhan rumah rakyat dan berjalannya 174 industri UKM ikutannya ternyata juga bergantung pada sosok dari pemimpin bank yang selama ini mendukung program rumah Jokowi.

Pengembang perumahan menilai dalam masa pemulihan ekonomi nasional masa pandemi saat ini, sektor properti butuh sosok berpengalaman khususnya dalam bidang pembiayaan perumahan. Maka itu pemerintah diminta tidak salah pilih dalam menentukan sosok Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk karena sangat terkait erat dengan industri perumahan Nasional sebagai program nawacita Presiden Joko Widodo.

“Dibutuhkan figur pemimpin yang berpengalaman dan tahu seluk beluk permasalahan mengenai rumah subsidi atau FLPP,” ujar Direktur Utama Citra Swarna Group Victor kepada wartawan, Selasa (9/3).

Menurut Victor, BTN sangat butuh sosok berpengalaman selain karena kebutuhan pembiayaan yang besar bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), proses menjalankan restrukturisasi bagi pengembang kecil juga tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak mengerti tentang kredit rumah rakyat.  

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement