Pemkab Batang Lakukan Sekolah Tatap Muka Siswa SD-SMP
Red: Dwi Murdaningsih
Sekolah Tatap Muka (ilustrasi) | Foto: Republika/Mgrol100
REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mulai memberlakukan pembelajaran tatap muka. Belajar tatap muka dilakukan siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1, SDN 2 Randu, dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Kecamatan Pecalungan, Selasa (9/3).
"Hari pertama pembelajaran tatap muka dilakukan pada satuan pendidikan SD dan SMP Kecamatan Pecalungan. Saya apresiasi Desa Pecalungan karena hingga kini warganya tidak pernah ada yang terpapar COVID 19 sehingga dizinkan melakukan pembelajaran tatap muka," kata Bupati Batang Wihaji.
Menurut dia, syarat diperbolehkannya pembelajaran tatap muka yaitu harus sesuai standar operasional prosedur (SOP) seperti memakai masker, penyediaan sarana atau tempat cuci tangan, alat pendeteksi suhu badan. Selain itu juga ada surat pernyataan dari komite sekolah dan paguyuban kepala sekolah.
"Selama kegiatan pembelajaran wajib menerapkan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak antarsiswa," katanya.
Selain itu, kata dia, juga perlu diberlakukan pembatasan jumlah siswa yang belajar agar tidak menimbulkan kerumunan.Siswa yang ikut pembelajaran tatap muka perlu dibagi.
"Yaitu setengah secara bergiliran hari dan yang lainnya tetap menjalankan pembelajaran jarak jauh, durasi waktu dipadatkan, dan hanya materi pelajaran yang menjadi prioritas saja," katanya.
Ia mengatakan pembelajaran tatap muka sebagai alternatif mengantisipasi kejenuhan siswa yang sudah terlalu lama mengikuti pembelajaran jarak jauh."Suasana kebatinan siswa sudah saya pahami. Oleh karena, kami memberikan kebijakan pembelajaran tatap muka bagi wilayah kategori hijau atau zero COVID-19 meski harus tetap mematuhi SOP dan protokol kesehatan ketat," kata Wihaji.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang Achmad Taufiq mengatakan pihaknya mempersilakan sekolah melakukan pembelajaran tatap muka apabila wilayahnya zero COVID-19.
"Kami akan mengutamakan wilayah yang berzona hijau. Dari 444 SD dan 71 SMP, Ada 300 SD dan 30 SMP yang diperbolehkan pembelajaran tatap muka. Kami akan menghentikan kegiatan pembelajaran tatap muka apabila ada siswa yang terindikasi COVID-19," katanya.