REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi ibnu Umar al-Jawi dalam kitabnya Nashaih al-‘Ibad menjelaskan ada tiga cara untuk mencapai zuhud. Zuhud sendiri bermakna berpindahnya keinginan dari suatu hal pada apa yang lebih baik darinya.
Singkatnya, zuhud adalah melepaskan hati dari pengaruh dunia. Untuk menggapai zuhud, Syekh Muhammad Nawawi mengatakan bahwa seorang alim, Ibrahim Ad-hamra ra menjelaskan:
"Dengan tiga cara aku melihat kuburan itu menjadi ngeri, sedangkan aku belum mendapatkan pelipur. Aku melihat jalan yang panjang sedangkan aku belum mempunyai bekal. Dan aku melihat Allah yang Maha Perkasa akan mengadili, sedangkan aku belum memiliki alasan."
Kuburan yang dimaksud adalah kematian. Pelipurnya adalah semua hal yang harus dipersiapkan untuk menghadapi Munkar dan Nakir. Jalan yang panjang yang dikatakannya adalah akhirat, sehingga tiada lain bekalnya adalah amal kebajikan.
Dengan menyadari setiap hamba akan menghadapi kematian, fase akhirat dan kekuasaan Allah SWT, maka seharusnya seorang manusia mengetahui apa yang harus menjadi prioritas. Mengetahui makna hidup sebagai ladang bekal untuk akhirat akan membuat seseorang selalu berharap bisa melakukan yang terbaik untuk menghadapi fase setelah hidup di dunia.
Ibrahin Ad-hamra diriwayatkan adalah seorang raja di negaranya namun ia meninggalkannya hanya untuk beribadah dengan sungguh-sungguh di Makkah dan kota-kota lainnya. Dalam kitab Ar-risaalah Qusyairiyyah diterangkan bahwa beliau adalah Abu Ishak Ibrahim bin Mansur dari sebuah daerah di Balqi dan beliau adalah keturunan Raja.